Rabu, 06 Juli 2011

“MIDGET / S.U.V.T. sebagai WAHANA BAWAH AIR pendukung OPTIMALISASI POLA PEMBERDAYAAN WISATA TAMAN LAUT”

Konseptor/designer: Kolonel Ir.R. Dradjat Budiyanto

1. PENDAHULUAN.

1.1. Taman Laut didaerah Khatulistiwa.

Tidak semua laut memiliki suatu temperatur lingkungan (ambient temperature) yang memungkinkan hidupnya bermacam biota laut. Laut didaerah dengan empat musim misalnya, yang terletak jauh disisi belahan Bumi Utara maupun Selatan, pada musim dingin tidak memungkinkan hidupnya biota laut tertentu. Khusus didaerah Khatulistiwa, dimana laut oleh Allah SWT Yang Maha Pengasih senantiasa dikaruniai dengan kehangatan sinar Matahari hampir sepanjang tahun, memungkinkan suburnya pertumbuhan bermacam ragam biota laut, baik flora maupun faunanya, yang secara keseluruhannya, rata rata indah untuk dipandang mata. Wisatawan asing terutama, yang datang dari Negara dimana mereka tidak mungkin menjumpai keindahan alam bawah laut semacam ini, akan sangat anthusias untk menikmatinya. Hal ini dapat kita saksikan secara statistic anak jalanan: penerbangan Jakarta – Manado misalnya, senantiasa fully

ZdM 66 weichkorallenZdM 84 scorpionfischZdM 94 blat-seedrachenZdM 82 federsterne

Keterangan gambar halaman satu: dari kiri atas searah jarum jam: bintang pegas (feedersterne), ikan Scorpion, koral lunak (weich korallen) pink, kuda laut berbentuk daun. Suatu pemandangan garis besar suasana laut diatas dan dibawah permukaan laut. Kehidupan seperti inilah yang memikat para wisatawan manca Negara untuk berdatangan ke Indonesia.

booked, penuh dengan penumpang yang memiliki berbagai kepentingan, terutama para wisatawan asing yang mengarahkan tujuan ke Manado, dengan tujuan akhirnya keTaman Laut Bunaken. Bahkan konon Silk Air, dari Singapore, membuka jalur penerbangan khusus empat kali dalam seminggu, pergi dan pulang ke/dari Manado, yang senantiasa penuh berisi wisatawan asing dengan berbagai keperluan, tetapi, yang pasti, sebagian besar diantaranya bertujuan untuk membu -ang dollarnya ke tempat wisata Taman Laut Bunaken!

1.2.Maksud dan Tujuan

Proposal ini bermaksud menggambarkan konsep bagaimana mengoptimalisa sikan pola pemberdayaan wisata “Taman Laut” bagi daerah daerah yang memiliki potensi tersebut, menggunakan sarana berupa suatu wahana bawah air yang didesign khusus untuk keperluan wisata, Special Underwater Vehicle for Touring, dengan tujuan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari bidang usaha tersebut menjadi seoptimal mungkin.

1.3.Ruang lingkup penulisan.

Ruang lingkup penulisan konsep ini meliputi: sekilas tentang “Taman Laut”, masih terlalu rendahnya tingkat exploitasi/pemberdayaan potensi Taman Laut di Indonesia, peralatan yang dipergunakan oleh manusia dalam usaha masuk kepeda laman laut, informasi umum tentang wahana selam yang telah terlebih dahulu ada, pemanfaatan teknologi wahana selam terdahulu guna menjamin feasibility, suitability serta acceptability dalam pembangunan midget/SUVT, perkiraan biaya serta perhitungan ekonomis (BEP) dalam pembangunan midget /SUVT, sarana /prasarana lain yang harus dipersiapkan /dipertajam fungsinya.

1.4. Metoda dan cara pendekatan

Metode yang dipergunakan dalam penulisan konsep merupakan pendekatan kesisteman, dengan mempergunakan cara analisa melalui penelitian dengan meng gunakan data data quasi experimental, bukan data statistic, dalam usaha mencari jalan keluar pemecahan masalah yang feasible, acceptable dan suitable, dengan cara yang seekonomis dan seefisien mungkin, dalam waktu yang sesingkat mung kin.

1.5. Sistematika/Tata urut penulisan.

Penulisan konsep pembangunan midget/SUVT ini dibuat dengan urutan bab sebagai berikut:

1. PENDAHULUAN: berisi tentang “Taman Laut” dan prospectnya, secara sekilas.

2. PENGENALAN MASALAH: berisi tentang bagaimana terbentuknya “Taman Laut”, dan dan kiat teknis manusia yang dilakukan saat ini dalam rangka menikmati nuansa tamasya “Taman Laut”, dengan segala hambatannya, masih terlalu rendahnya tingkat pemberdayaan potensi Taman Lautdi Indonesia (dibandingkan dengan besarnya potensi yang ada, dan dihadapkan pada usaha yang dilakukan oleh or ganisasi pemandu wisata dari Negara asing)

3. IKHTIAR MANUSIA UNTUK MASUK JAUH KEKEDALAM AN AIR, DALAM USAHANYA MEMPERLUAS RUANG LING KUP KEHIDUPAN: berisi tentang bagaimana ikhtiar yang dilakukan oleh manusia dalam usahanya untuk masuk kedalam air, khususnya laut, termasuk pengenalan berbagai type kapalselam militer.

4. KONSEP OPTIMALISASI, berisi tentang teknologi yang dibutuhkan dalam pembuatan midget/SUVT, dan konsep pembuatan midget /SU VT, dengan memanfaatkan teknologi kapalselam yang telah lebih dahulu ada. Kiat untuk membangun midget/SUVT dengan cara yang seekonomis dan seefisien mungkin, dengan melaksanakan “Analisa Banding”.

5. PERHITUNGAN EKONOMIS, berisi tentang perkiraan (estimasi) bia ya yang dibutuhkan untuk pembuatan midget/SUVT, perkiraan penda patan (expected value) yang akan diterima, perkiraan biaya operasi SUVT serta waktu Break Event Point dalam pengoperasian midget/ S UVT.

6. PRASARANA PENUNJANG LAIN YANG DIPANDANG

PERLU UNTUK DISIAPKAN: sesuai judul, untuk membantu kelancaran pengoperasian midget.

7. PENUTUP, berisi tentang KESIMPULAN dan SARAN.

1.6. Praanggapan.

Dalam penulisan ini dibutuhkan beberapa pra-anggapan:

Pra –angapan 1. Bahwa sebelas titik potensi Taman Laut diperairan Indone sia, dari empatbelas titik yang ada di Dunia, merupakan suatu asset yang relative tidak ada saingannya.

Pra-anggapan 2. bahwa kebanyakan daerah yang memiliki “Taman Laut”,

belum kesemua nya memiliki sarana yang dapat dipergunakan untuk lebih

mengoptimalisasikan pola pemberdayaan wisata “Taman Laut”.

Pra-anggapan 3. Bahwa selama ini belum pernah ada konsep pembangunan

midget/SUVT yang dilaksanakan diDalam Negeri.

Pra-anggapan 4: galangan kapal di Indonesia, antara lain Galangan kapal milik PT. Caputra, Cilegon, dipastikan akan mampu mendukung pembuat an midget/ SUVT, dengan bimbingan/dukungan langsung dan sepenuhnya dari konsultan teknis.

Pra-anggapan 5: Semua Badan Usaha / Lembaga Negara yang disebutkan dalam tulisan ini memiliki kemauan dan kemampuan untuk menunjang kese luruhan/sebagian besar kebutuhan teknis pembangunan midget/SUVT dalam rangka meminimalisasi biaya dan meningkatkan local content semaksimal mungkin.

1.7. Pengertian.

Dalam penulisan ini dipergunakan beberapa pengertian sebagai berikut:

1. midget: suatu wahana selam kecil, yang merupakan subtitusi sepenuhnya dari suatu kapalselam.

2. S.U.V.T.: Special Underwater Vehicle for Touring: wahana bawah air khusus untuk penggunaan wisata.

3. pendekatan kesisteman: adalah cara pendekatan pembahasan sesuatu masalah yang membahas masalah tersebut dari berbagai arah, baik dari arah hilir maupun arah hulu masalah, yang berkaitan dan memiliki pengaruh dengan masalah utama yang sedang dibahas.

4. data quasi experimental: adalah pengumpulan data yang dilakukan langsung dilapangan, bukan data yang disusun secara statistic.

5. pra-anggapan: praanggapan adalah gambaran tentang sesuatu situasi, yang berkaitan dengan hal/masalah utama yang ditulis, yang apabila hal yang dipraanggapkan tersebut tidak terlaksana/tidak terjadi, maka tulisan ini akan bak bunga yang layu sebelum berkem bang, akan gugur dengan sendirinya sejak dari awal.

2. PENGENALAN MASALAH.

2.1. Bagaimana terbentuknya suatu “Taman Laut”.

Pada awalnya, atas karunia Tuhan, kehidupan dilaut dimulai oleh adanya plankton, jazad renik, baik plankton tumbuhan ( phytoplankton) maupun plankton hewani (zooplankton). Plankton ini merupakan mata rantai dasar makanan utama bagi hewan (maupun tumbuhan) laut, guna menunjang kehidupannya. Pada giliran berikutnya, hewan (dan tumbuhan) laut lebih kecil, yang hidup dari memakan plankton, akan menjadi makanan bagi hewan laut yang lebih besar. Demikian rantai makanan ini berlanjut, hewan laut yang lebih besar dimangsa oleh hewan laut lainnya yang jauh lebih besar lagi, sampai akhirnya, manusia terjun dalam siklus alami ini dengan ikut memakan hewan laut untuk menunjang kebutuhan proteinnya.

BAdO 8081 phyto dan zooplanktonDidaerah dimana kedalamannya tidak terlalu dalam, dan sinar Ma tahari masih dapat menembus ke dalaman air laut dan memberikan kehidupan ditempat tersebut, maka rantai ini membentuk suatu koloni hidup. Binatang pembentuk karang membentuk karang muda, yang lalu menjadi sarang dari hewan maupun tumbuhan laut. Binatang maupun tumbuhan laut yang hidup bersama dalam simbiose mutualistis ini, terdiri dari berpuluh macam jenis dan ragam, dan banyak diantaranya yang memilki warna yang cerah, serta bentuk yang indah, yang lalu membuat nuansa ditempat tersebut pasti akan menawan hati siapapun yang menyaksikannya.. Perilaku mereka dalam kehidupan inipun beraneka ragam, ada yang pasif menunggu mangsanya, seperti sea anemone (Actinia Equina, dari klas Anthozoa) , akan tetapi juga ada yang aktif mencari mangsa, seperti bintang laut (dari klas Asteroida), yang memangsa kerang. Perilaku mereka ini juga lalu akan menjadi bagian yang menarik untuk diperhati kan. Lama lama, koloni ini akan makin membesar, dan akhirnya akan membentuk suatu gugusan, yang lalu kemudian dikenal dengan istilah “Taman Laut”.

BAdO 176,177,178 flora fauna cmplt

Flora (tetumbuhan) dan fauna (hewan) pembentuk koloni Taman Laut, dari kiri: ubur ubur (dari klas Cnidaria.), kelompok kanan atas: bermacam jenis ganggang laut, kelompok kanan bawah: bermacam jenis binatang karang. Sumber: Bildatlas der Ozeane, Orbis Verlag.

2.2. Kedalaman rata rata letak Taman Laut dari atas permukaan.

Taman Laut, sesuai dengan namanya, merupakan sekumpulan biota, baik flora maupun fauna laut, sebagaimana telah dijelaskan dalam titik terdahulu.. Mereka biasanya hidup dalam suatu kelompok, dan melakukan suatu simbiose mutualistis, suatu kerjasama perjuangan untuk hidup yang saling menguntungkan. Sebagaimana telah diuraikan diatas, untuk menunjang kehidupannya, mereka samasama membutuhkan cahaya matahari. Karena itu, letak Taman Laut didasar, tidak akan berada sampai pada kedalaman yang terlalu dalam. Mereka akan berada pada kedalaman, dimana sinar Matahari masih mampu menembus kedalaman air laut, dan memberikan kehidupan pada mereka. Letak Taman Laut, seperti di pesisir Barat Daya Bunaken misalnya, rata rata berjarak kedalaman sekitar duapuluh meter hinga maksimal kedalaman enam puluh meter dari atas permuka an laut. (Ref: “Der grose Bildatlas der Ozeane”, Orbis Verlag, dan wawancara langsung dengan Putra Daerah, Laksamana Frits AC Mantiri)

2.3. Potensi wisata Taman Laut bagi Indonesia.

Indonesia, sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa besarnya dalam masalah Taman Laut. Taman Laut dengan segala keindahan nuansanya, yang tidak terlalu banyak jumlahnya diDunia ini, atas karunia Tuhan pula, sebagian besar diantaranya justru berada diwilayah kita! Diseluruh Indonesia, menurut Jasques Cousteau, seorang penyelam bertaraf internasional, yang juga merupakan penemu peralatan selam Aqualung (1943), yang mampu membawa seorang penyelam masuk sampai kekedalaman enampuluh meter dibawah permukaan, sekurang-kurangnya ada tigabelas daerah di Indonesia yang memiliki Taman Laut yang keindahannya diakui dalam taraf internasional. Beberapa diantaranya adalah Pulau Seribu di Teluk Jakarta, Pulau Menjangan/Buleleng dan Nusa Lembongan/Badung di Bali, Taman Laut di daerah Banda Aceh(50 35’ LU/ 950 20’ BT). Khusus tentang Taman Laut Banda Aceh, ironis nya, wisatawan yang menikmati tamasya ditem pat tersebut, datang dengan diorganisir oleh pemandu wisata asal Tahiland! Para penyelam kita, bangsa Indonesia, hanya memperoleh cipratan dollar selaku diving master local, yang tentunya lalu jumlahnya tidak akan terlalu banyak, sehingga tidak akan mampu menyumbang devisa yang lebih besar ke Pemerintah Daerah setempat! Sedangkan kelima diantara ketigabelas Taman Laut tersebut lainnya, berada didaerah Sulawesi dan Maluku, yaitu Bunaken / Manado, Selat Lembe (dengan 64 diving spot yang terpencar),Togian (00 20’ LS/ 1210 50’BT) di Teluk Tomini, Takabone Rate (1220 BT / 70 30” LS), kepulauan Raja Ampat ( 00 30’ LS, 1300 0’BT) Irian, dan Bandanaira (40 32’ LS/ 1290 54’ BT). Bahkan Bandanaira konon dinobatkan sebagai suatu Taman Laut yang dijadikan cagar alam internasional, karena ditempat tersebut, terdapat species fauna dan flora laut yang tidak pernah terdapat dibagian lain dari Dunia ini. Ironisnya lagi, daerah cagar alam Taman Laut Internasional diBandanaira ini dikelola oleh putri dari Bapak Des Alwi, yang konon telah menjadi warga Negara Malaysia! (Sumber: wawancara dengan Laksamana Muda Frits AC Mantiri, dikediaman beliau, Teluk Tomini 21 Surabaya, Kamis 28 Desember 2006, jam 10.00)

2.4. Beberapa cara untuk menikmati tamasya Taman Laut

Untuk menikmati indahnya pemandangan Taman Laut, yang berada didasar laut pada jarak kedalaman sekitar duapuluh meter, ada beberapa cara yang dilakukan oleh para wisatawan, yang saat ini teramati. Yaitu antara lain dengan berlayar menggunakan kapal yang berdasar/lunas kaca, berenang diatas permukaan dengan maupun tanpa menggunakan masker snorkel, menyelam dengan peralatan scuba diving, menyelam dengan menggunakan wahana selam (Bali, Pulau Menja ngan)

Masing masing cara yang telah disebutkan diatas, memiliki kelebihan serta kekurangan, atau lebih tepatnya lagi: hambatan. Dengan berlayar diatas air menggunakan kapal berdasar kaca, maupun berenang diatas permukaan, baik menggunakan masker snorkel maupun tidak, maka jarak pandang yang lalu terlalu jauh, sekitar duapuluh meter, tentunya lalu tidak memungkinkan kita mengamati secara detail indahnya Taman Laut tersebut. Berenang dengan menggunakan per alatan penyelam scuba diving, memang akan amat mendekatkan kita kekeindahan Taman Laut. Akan tetapi, untuk dapat berenang dengan menggunakan scuba diving, diperlukan suatu latihan intensive sekurang-kurangnya seminggu. Itupun belum tentu semua orang dapat mengikutinya, sebab tentunya akan ada pembatas an kesehatan, perilaku serta usia (besarnya volume paruparu, tekanan darah, sikap tidak mudah panik dll), guna mencegah terjadinya korban yang sia sia saat penyela man. Sudah begitu, hampir separoh lebih dari waktu bagi para wisatawan akan ha bis dipergunakan untuk melakukan pelatihan, sebelum mereka benar benar mahir untuk melaksanakan penyelaman sendiri. Belum lagi dalam kenyataannya, bahwa pada saat melaksanakan penyelaman, mereka masih harus didampingi oleh para pelatih/diving master, yang tentunya lalu akan memakan terlalu banyak man power yang potensial. Dan, walaupun Jasques Cousteau menciptakan aqualung untuk da pat dipergunakan menyelam hingga kedalaman enampuluh meter, akan tetapi, ra sanya hanya para penyelam scuba klas satu yang mampu mencapai kedalaman se dalam ini! Baik berenang dengan ataupun menggunakan masker snorkel, maupun menggunakan peralatan scuba diving, keduaduanya akan menyita tenaga, dan akan menimbulkan kelelahan, serta mengandung resiko yang tidak dapat dipandang rendah! (Pengalaman mengikuti pelatihan penyelamatan diri dari kapalselam melalui metode free escape dari kedalaman tigapuluhdua meter, di Unterseeboot Lehrgruppe Zwei, Rettungsschule / Sekolah Penyelamatan Kapal Selam Dua, di Neustadt, Jerman, pada tahun 1980).

Mungkin, satu satunya cara yang dapat diikuti oleh setiap wisatawan, tanpa ada pembatasan, dan tidak membutuhkan pelatihan pendahuluan, adalah menyelam mendekati obyek wisata Taman Laut dengn mengunakan wahana selam, yang berdinding kaca! Dengan peralatan scuba, para wisatawan akan mengeluarkan biaya untuk pelatihan, menghabiskan banyak waktu mereka yang amat terbatas serta amat berharga, menguras tenaga, membutuhkan persyaratan kesehatan yang belum tentu akan dapat dipenuhi oleh setiap individu. Dengan wahana selam, mereka tinggal membayar, lalu duduk manis, dan dapat menikmati tamasya Taman Laut dengan amat santai, seolah sedang berada diruang keluarga dirumah sendiri, tanpa harus bercapai lelah dan membuang banyak waktu, serta semua orang, baik tua maupun muda dapat menikmatinya, tanpa dibatasi persyaratan kesehatan!Dan, perlu diketahui, bahwa berlayar menyelam dengan suatu kapalselam, yang penuh dengan seabrek procedure, akan merupakan suatu adventure yang tidak bisa dipandang remeh, sebab, bahkan anggauta Angkatan Laut sendiripun, belum tentu semuanya pernah mendapat kesempatan berlayar dengan kapalselam!

3. IKHTIAR MANUSIA UNTUK MASUK KEKEDALAMAN AIR, DALAM USAHANYA MEMPERLUAS RUANG LINGKUP KEHIDUPAN.

3.1. Pengenalan beberapa macam alat selam.

Sejak ratusan tahun yang lalu, manusia, yang dikodratkan untuk hidup didarat sebagai habitat utamanya, memang senantiasa ingin lebih mengenal laut, sebagai bagian lain dari daratan Bumi dimana mereka tinggal. Didalam usahanya masuk kekedalaman air, untuk lebih memperluas ruang lingkup hidupnya, mereka

melakukan beberapa cara, dan menciptakan beberapa macam alat selam. Ikhtiar ini mutlak diperlukan, karena memang air, khususnya dikedalaman laut, bukanlah merupakan habitat utama dimana manusia dikodratkan untuk hidup. Beberapa diantaranya sampai saat ini masih dipergunakan dalam praktek penyelaman.

atlas der ozeane 52 entwicklung der tauchgerrate copy

2.2. Pengenalan perkembangan wahana selam, khususnya yang dipergunakan dalam konteks prosperity / bussiness.

Untuk mengembangkan hasratnya guna dapat lebih menguasai laut, sebagai usaha memperlebar lingkungan hidupnya, manusia telah menciptakan beberapa macam peralatan. Antara lain “Turtle” dari David Bushnell, 1776, dan tigapuluh tahun kemudian, disusul oleh “Argonaut I” dari Simon Lake, yang kemudian, keduaduanya lalu berkembang nmenjadi kapalselam untuk keperluan militer. Kemudian, pada tahun yang jauh lebih muda, 1934, muncul “Bathysphaere” dari William Bebe dan Otis Barton, yang mampu menyelam hingga kedalaman 900 meter, walaupun masih belum mampu bergerak sendiri, dan terikat pada kabel

Miller Jordan moderne U-boot 99 skema DSRV copy last

penunjangnya. Auguste Piccard kemudian memunculkan Bathyschaft, yang diberi nama “Trieste” yang pada tahun 1954 berhasil menyelam sampai kekedalaman 3170 meter diperairan Italia. “Trieste” merupakan kapalselam penelitian, yang telah mobile, mampu bergerak dengan kekuatannya sendiri. Tahun 1960, Jasques Piccard, putera dari Auguste Piccard, membawa “Trieste” menyelam dipalung laut Mariana, Pasifik, sampai kekedalaman selam 10.912 meter!

Pada sisi yang lain, masih sama sama dalam penggunanan non militer, Swedia menampilkan kapaselam rescue, yang dipersiapkan untuk menolong kapalselam lain yang terjebak didasar laut. Wahana semacam ini dibutuhkan untuk menolong kapalselam yang terjebak didasar laut pada kedalaman lebih dari 200 meter. Kapal yang dinamai “URF” buatan Galangan Kapal Kockum, memiliki suatu docking module pada haluan bagian bawahnya, untuk merapat pada tingkap kapalselam yang akan ditolongnya. Angkatan Laut Amerika, dalam hal yang sama, mengetengahkan DSRV (Deep Submergence Rescue Vessel), yang dibangun dengan baja HY-240 dan memiliki kemampuan menyelam hingga kedalaman 1750 meter. Keistimewaan DSRV ini adalah designnya yang demikian kompak, sehingga dapat diangkut dengan pesawat transport C-141 “Starlifter”.

Miller Jordan moderne U-boot 99 skema URF Swedia BEST

2.3. Pengenalan perkembangan wahana selam, khususnya yang dipergunakan dalam konteks security / militer.

Jerman, Negara yang dikenal sebagai nenek moyang pembuat kapalselam, dalam dua Perang Dunia yang dicetuskannya, telah memilih kapalselam sebagai alat utama system senjata dalam peperangan mereka. Dalam Perang Dunia Pertama, Jerman mulai menampilkan kapalselam type U-9 yang pada tahun 1914 dipergunakan oleh Kapitantleutenant Otto Weddigen, Komandan U-9, untuk me nenggelamkan tiga kapal penjelajah Inggris, Cressy, Hougne dan Aboukir secara sekaligus, dalam satu serangan tunggal yang mematikan, pada jarak 25 mil laut se belah Barat Laut Scheveningen, Belanda. Tonnage kapalselam ini hanya sekitar 493 ton. Dalam Perang Dunia Kedua, bersamaan dengan perkembangan waktu serta taktik menghadapi kapal Sekutu, mereka mengembangkan kapal selamnya de ngan design baru, seperti type VII, yang kecuali lebih besar, juga lebih canggih. Leutenant Guenter Prien, the Bull of Scapa Flow, misalnya, dalam U-47nya yang spektakuler, yang dipergunakannya untuk mengacau balaukan Scapa Flow, pang kalan High Sea Fleet Inggris, menggunakan kapalselam type tersebut (VIIB), dengan tonnagenya yang hanya sebesar 753 ton. Torpedo kecilnya, tipe “Schwarse Kopf A7” menenggelamkan kapal penempur “Royal Oak” kebanggaan Angkatan Laut Inggris, hanya dengan sekali pukul! Selanjutnya berturut turut muncul kemudian type XXI, yang sehabis Perang Dunia Kedua lalu diadopt oleh Rusia dan dijadikan model bagi kapalselam andalan mereka diwaktu yang lalu, Whiskey Class (yang pernah kita miliki sejak tahun 1957)

whiskey class 19592.4. Persyaratan konstruksi kapalselam.

gabler 130-140presshull assy dgn sipp wayDalam melaksanakan tugasnya, dimedan juang yang unik, didalam air dibawah sana, maka kapalselam harus mampu mengadaptasikan dirinya dengan situasi palagan yang dihadapinya. Salah satu yang paling mendasar adalah adanya pertambahan tekanan, sebesar 1 kg/cm2, setiap kali kapal menyelam sepuluh meter lebih dalam. Hal ini diantisipasi dengan membuat suatu pressure hull (badan tahan tekanan) dari plat baja, yang diroll berbentuk silinder, dengan diberi penguat berupa frame (gading gading) penguat, melingkar transversal sepanjang badan kapal.

Disamping itu, untuk dapat berlayar dengan nyaman, maka kapal harus berada dalam kondisi melayang, yang diperoleh dengan menyamakan Berat Jenis kapal dengan Berat Jenis air laut sebagai media tempatnya mela yang. Hal ini dilakukan dengan mem perlengkapi kapal dengan tangki peng imbang, untuk menyamakan persama an “B=G” (Buoyancy equal to Gravity), serta diperlengkapi pula dengan tangki trim, untuk memperioleh persa maan momen = zero” (Sigma moment equal to zero), sehingga kapal berlayar dalam keadaan melayang dan sekaligus setimbang secara horizontal.

Yang paling penting adalah, memperlengkapi kapalselam dengan Tangki Pemberat Pokok (Main Ballast Tank), yang saat diisi dengan air, akan membuat kapalselam kehilangan daya apung utamanya, dan menyelam, serta saat dihembus dengan Udara Tekana Tinggi (High Pressure Air), akan menimbulkan kembali daya apung utamanya, untuk dapat kembali naik kepermukaan air. UTT diperoleh dari botol UTT, yang setiap kali, sebelum kapal menyelam, diisi dengan menggunakan kompresor UTT (250 bar).

17

4. KONSEP OPTIMALISASI

Dalam usaha untuk memperoleh suatu wahana bawah air yang dapat dimanfaatkan secara paling optimal, baik optimal dari sisi kemudahan pembuatan, sisi keamanan penyelaman, sisi singkatnya down time, sisi rendahnya biaya operasi, rendahnya jumlah man power yang terlibat dalam pengoperasiannya, dll, dilaksanakan pembahasan optimalisasi sebagai berikut

4.1. Midget sebagai suatu bentuk yang dianggap paling favourable.

Bentuk wahana bawah air yang paling dikenal orang saat ini, adalah kapal selam. Kapalselam dimulai dari generasi pertama, dimana kapal tersebut merupakan suatu kapal atas air yang sewaktu waktu bila diperlukan dapat menyelam, disebut juga “tauchboot” (seperti pada Whiskey Class ex Rusia, dengan bobot 1700 ton, yang pernah kita miliki pada sekitar tahun 1957), meningkat pada generasi kedua, yang merupakan kapal yang memang setiap saat berada dibawah air / menyelam, dan hanya muncul keatas permukaan air bila kondisi mengharus kan, disebut “unterseeboot” (seperti kapaselam type U-209 / 1300 ton ex Jerman yang sejak tahun 1980 dioperasikan oleh TNI Angkatan Laut) sampai pada generasi ketiga, kapalselam bertenaga nuklir, yang hampir seluruh waktu operasi nya dilakukan dibawah air. Diantara ketiganya, terdapat midget, baby submarine, yang murni merupakan substitusi dari kapalselam, hanya saja bentuknya jauh le bih kecil, dengan bobot displacement antara 150 sampai 300 ton (midget Type A-300 yang menggunakan badan tekan Torroidal hull, buatan Fincantieri, Italia). Ketiga jenis kapal selam yang tersebut diatas, juga midget, telah membuktikan ke mampuannya beroperasi dengan aman dibawah air sampai suatu kedalaman terten tu, dengan memikul beban tugas tertentu pula.

Mengingat bahwa tidak ada jenis wahana bawah air lain yang pernah hadir didunia ini, serta dapat diketengahkan, maka untuk memudahkan masalah, wahana yang akan dipersiapkan untuk menunjang peningkatan exploitasi wisata Taman Laut, akan mengambil salah satu model dari ketiga generasi kapalselam sebagai mana telah dijelaskan diatas. Dalam hal ini, mengingat bahwa kapalselam konven sionil akan terlalu besar, dan dimensi pokoknya tidak menunjang pengoperasian di laut dengan kedalaman rendah, maka midget sebagai suatu subtitusi kapalselam konvensionil, akan mendapat prioritas utama untuk diketengahkan sebagai calon wahana wisata bawah air tersebut. Untuk selanjutnya, guna menyingkat tulisan, maka “wahana wisata bawah air” dalam sepanjang tulisan ini akan disebut dengan nama “midget” SUVT saja.

Catatan: kapalselam penelitian sengaja tidak dimasukkan dalam criteria wahana bawah air yang dapat diketengahkan untuk tugas wisata, juga walaupun dalam kenyataannya, beberapa diantaranya memiliki jendela observasi yang amat ideal, seperti “Sea Link”, akan tetapi, mengingat tugasnya yang terlalu amat khusus, yaitu didesign untuk melaksanakan tugas penelitian, yang harus diperlengkapi dengan peralatan yang amat khusus pula, maka biaya pembangu nan serta operasinya akan membutuhkan dana yang amat besar, yang lalu tidak akan match terhadap kalkulasi bisnis.

4.2. Jaminan keamanan penyelaman dengan midget.

Untuk menunjang keamanan penyelaman, maka midget/SUVT diperlengka pi dengan berbagai macam peralatan, yang memudahkannya untuk bergerak dalam kedalaman air, yang menjadi media hidupnya. Peralatan ini antara lain adalah:

a. Kemudi horizontal depan/Hydroplane forward untuk menyelamkan kapal

b. Kemudi horizontal belakang/hydroplane aft untuk mengatur trim secara dinamis.

c. Kemudi vertical/Vertical rudder untuk membelokkan kapal kekanan dan kekiri.

d. System pendorongan (rangkaian motor listrik pokok, kopling hollow rubber, mitchel block, system poros, propeller) yang berfungsi untuk mendo rong kapal melaju baik diatas permukaan maupun dibawah permukaan air.

e. System selam timbul untuk menjamin kapal dapat menyelam dan timbul dari bawah air kembali, yang terdiri antara lain dari: Tangki Pemberat Pokok (Main Ballast Tank) dan katup ventilasinya, system penghembusan darurat (emergency blowing system, high pressure air),

f. sumber tenaga pokok bawah air berupa satu grup batere

g. pembangkit tenaga diatas air berupa diesel generator

4.3. Penentuan pembangkit tenaga dalam midget.

Didalam kegiatan mendesign midget, harus diingat, bahwa kapal tersebut kecuali memiliki banyak kelebihan dalam konteks operational performance, tetapi juga memiliki amat banyak faktor pembatas, yang kecuali amat ketat, juga saling berhubung kait serta mempengaruhi satu sama lain. Untuk itu, dipandang perlu melaksanakan kegiatan “analisa banding melalui simulasi model”, agar kita dapat membuat suatu design criterion midget secara tepat, saling mengisi akan tetapi tidak “overlapping”, tidak “over estimated” tetapi juga tidak lalu “ under estima ted”. Dibawah ini akan dicoba menguraikan beberapa contoh analisa banding yang telah dilakukan, dalam proses mendesign midget.

4.3.A. Data pembanding antara U-209 dengan midget (Dalam masalah ke butuhan motor listrik pokok)

Karakteristik spesifik

U – 209 / 1300

MIDGET

Prosentage

1

MOTOR LISTRIK

5000 KW

Dicari

-

2

DISPLACEMENT

1300 ton

100 ton

0,77

3

SPEED

22 knot

14 knot

0,58

4

PANJANG

56 meter

20 / 22 meter

0,36

5

DIAMETER PH

6,8 meter

3,0 meter

0,45

6

BENTUK PRESS.HULL

Teardrop, semi

teardropp, semi

100%

7

Y(karakteristik media)

Air laut

Air laut

100%


Speed = f (KW E mot , Displ, Length, Dia PH, bentuk, Y)


24 kn (U-209) = ( 5000 KW) , (1300) , (56) , (6,8) , (1) , (1)

Sebagai catatan, nilai prosentase tersebut sebenarnya tidak dapat dipergunakan secara langsung begitu saja, tetapi, masih harus dikalikan dengan suatu faktor tertentu, yang berharga 0 < Cf < 1 yang nilainya satu sama lain amat berbeda beda pada masingmasing karakteristik.

Secara roughly, dapat dikatakan, bahwa untuk mencapai speed 14 knot, maka midget, dengan prosentase karakteristik spesifik yang mempengaruhi drag dalam pendorongan, seperti diatas, secara teoritis, hanya akan membutuhkan motor listrik dengan power sebesar 67,67 KW saja! Kalaupun kita harus menggunakan suatu security factor, yang mendekati 200%, maka maksimal power yang dibutuhkan untuk midget adalah cukup hanya 120 KW!

Power midget (Speed 14 knot) =( 5000 KW), (0,58), (0,77), (0,36), (0,45), (1), (1)

Untuk itu, tidak tertutup kemungkinan untuk mengurangi power motor listrik, yang direncanakan akan dipasang pada midget, sedemikian rupa sehingga, ruang dan bobot yang tersisa, dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain yang lebih penting.

Sebagai catatan, dalam hal electrical power consumption, kita tidak mungkin melaksanakan analisa banding antara midget dengan Whiskey class, karena Whiskey class datang dari era kapalselam generasi pertama, yaitu “tauch boote”, submersible, suatu kapal yang didesign agar dapat menyelam sewaktuwaktu, dan bukan generasi kedua, “Untersee boote”, real submarine, kapal yang memang didesign untuk senantiasa menyelam, dan hanya timbul bila diperlukan. Juga, khususnya, bentuk “non teardrop type” pada Whiskey class akan memberikan suatu gambaran hambatan (drag) bawah air, yang jauh lebih besar, daripada yang akan dialami oleh midget dengan design “semi teardrop type hull”

4.3.B. Data pembanding antara Whiskey class dengan midget (Dalam masalah specific fuel consumption)

Pada Whiskey class, dengan Diesel pokok 37 D, 4000 PK, dalam pendorongan yang mempergunakan sistem “Mechanical transfer of power”, dimana Diesel dipergunakan terus menerus untuk pendorongan (sambil melaksana kan pengisian batere secara buffer), fuel consumptionnya per etmal (24 jam) sebesar 6000 liter bahan bakar. Catatan: total muatan bahan bakar Whiskey class: 117 ton!

Berarti dalam satu jam, Diesel 37 D akan menghabiskan solar sebanyak 250 liter. Dengan Diesel MWM Deutsch (Bharata), 350 HP, secara roughly, diperkirakan, specific fuel consumtionnya hanya akan berkisar maksimal 10% dari Diesel 37 D, yang berarti hanya sebesar 25 liter per jam.

Dengan sistem “Electrical transfer of power”, dimana Diesel hanya akan dipergunakan untuk pengisian batere selama delapan jam perhari, maka kebutuhan fuel bagi midget diperkirakan hanya 8 X 25 liter = 200 liter perhari.

Isian tangki bahan bakar 20 ton akan habis dalam 20.000 liter : 200 liter / hari = 100 hari. Bila dalam sehari kapal berlayar dengan cepat ekonomis hanya 4 knot, dalam sehari kapal akan menempuh jarak 48 mil. Dengan persediaan bahan bakar cukup untuk 100 hari, maka kapal akan memiliki aksi radius sekitar 4800 mil. Jarak ini akan terlalu jauh bagi kapal sekecil midget. Low Comfortability-nya akan membuat awak kapal terlalu berat terbebani, baik secara fisik maupun secara mental.

Untuk itu, tidak tertutup kemungkinan untuk mengurangi jumlah bahan bakar yang dapat dibawa midget, sedemikian rupa sehingga, ruang dan bobot yang tersisa, dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain yang lebih penting.

4.3.C. Tabel banding muatan batere dan bahan bakar pada beberapa ka pal selam Jerman era Perang Dunia kedua.

0BType KS Jerman

Displ BA

Batere

% berat thd Displ

Bahan baker

% berat thd Displ

2B

341 ton

27,1 ton

9 %

21 ton

6 %

7C

871 ton

61,9 ton

6,25 %

113 ton

12,5 %

21

1800 ton

236 ton

17 %

250 ton

14,3 %

U-209

1300 ton

264 ton

20%

117 ton

9%

Whiskey

1300 ton

264 ton

20%

117 ton

9%

Midget

212 ton

20,88 ton

9,84%

10 ton

4,71%

Pada KS tipe U-209, batere yang dibawanya terdiri atas 4 grup batere, masing masing berisi 110 sel, total 440 sel, dengan power 16.000 AH. Dengan voltage per sel minimal 2 volt, akan diperoleh tegangan setinggi 220 volt DC per grup. Tenaga dalam batere inilah yang akan dipergunakan untuk menggerakkan motor listrik yang powernya sebesar 5000 KW. Bila kapal dalam keadaan darurat dan membutuhkan manuvra dengan full speed, maka keempat grup batere diseri, tegangan akan naik menjadi 880 volt, sedangkan motor listrik akan diparalel, sehingga power motor akan naik menjadi 2 X 5000 KW =- 10.000 KW. Dalam keadaan seperti ini, maka kapal akan dapat berlayar selama satu jam, mencapai kecepatan 24 knot! Effort ini menggunakan IA max arus jangkar motor sebesar 10.000 KW: 880 volt = 11.400 Amp. Dalam satu jam berlayar fullspeed, motor akan mengambil tenaga dari batere sebesar 11.400 AH. Sisa tenaga dalam batere tingggal (16.000 – 11.400 AH) = 4.600 AH, dianggap merupakan residu yang tidak boleh dihabiskan, untuk mencegah batere mengalami total voltage drop.

Dalam hal midget, kedua grup baterenya yang masingmasing berisi 110 sel, per sel 2 volt, bila kedua grup batere diseri, akan memberikan tegangan setinggi 440 volt, dan tenaga sebesar 2400 Amp Hour. (catatan: menggunakan batere industri Yuasa type CS-2400). Dengan motor listrik pokok berpower 220 KW, maka arus listrik yang akan dipergunakan sebagai IA dalam lilitan jangkar motor akan sebesar ( tenaga motor dibagi voltage batere) 220.000 watt : 440 volt = 500 Amp. Tenaga yang tersedia dalam batere sebesar 2400 AH, baru akan habis setelah midget berlayar dengan fullspeed selama (2400 AH : 500 Amp) = 4,8 jam. (Perhatikan bahwa kapalselam tipe U-209 didesign agar hanya mampu berlayar fullspeed dalam waktu…….. jam saja!)

Dalam mendesign midget, hal ini rasanya lalu akan terlalu over estimated, berlebihlebihan, sehingga tidak tertutup kemungkinan, midget cukup menggunakan satu grup batere saja dalam operasinya. Dengan demikian, maka arus maksimal kemotor pokok akan naik menjadi (220 KW : 220 volt batere) = 1000 A!

4.3.D. Kemungkinan menggunakan batere industri Yuasa type CS 2400 dalam midget.

Untuk mendorong badannya yang seberat 1300 ton melaju dibawah air, KS type U-209/1300 memiliki empat grup batere yang terdiri dari 120 sel bertegangan 2 volt, dengan cadangan power sebesar 16.000 AH. Bila kita konsekwen dengan aturan main dalam simulasi sebelumnya, maka kita dapat memperhitungkan, bahwa untuk mendorong badannya yang hanya seberat 212 ton, midget hanya akan membutuhkan batere dengan tenaga yang tersimpan didalamnya cukup sebesar (212:1300) X 16.000 AH = 2.609 AH saja!

Batere industri yang terdapat diopen market di Indonesia, dan yang memiliki power yang paling mendekati angka tersebut, serta dapat diketengahkan, adalah batere industri Yuasa type CS-2400, yang menggunakan standard JIS C8704 dan SBA 3007.Total power yang tersedia didalamnya sebesar 2400 AH. Batere ini memiliki karakteristik pengosongan sebagai berikut:

SG 1,240, volt awal 2,26 v SG 1,215, volt awal 2,18 v

Dischar

ge Rate

10h

1,8 v

5 h

1,75 v

3 h

1,7 v

1 h

1,6 v

10 h

1,8 v

5 h

1,75 v

3 h

1,7 v

1 h

1,6 v

AH

2640

2110

1850

1320

2400

1920

1680

1200

A. Dengan power motor listrik sebesar 220 KW, pada saat batere dalam kondisi terburuk SG: 1,215 dan volt awal 2,18 volt, batere ini masih mampu menggerakkan midget selama 10 jam dengan dengan power input kemotor sebesar rata rata perjam kemotor pokok max besar 240A X 2,18 volt = 523,2 KW. Power ini masih akan dapat dipakai untuk memperoleh pendorongan ekonomis bagi midget selama 10 jam dengan kecepatan sekitar (240 : 1000) X 14 knot = 3,36 knot, berlayar sejauh 33,6 mil dibawah air!

B. Dengan power motor listrik sebesar 220 KW, pada saat batere dalam kondisi terburuk SG: 1,215 dan volt awal 2,18 volt, batere ini masih mampu menggerak kan midget selama 1 jam dengan power input kemotor rata rata sebesar 1200 A X 2,18 v = 2.616 KW. Dengan Ia max hanya 1000A, maka power tersebut masih akan dapat dipergunakan untuk mendorong midget melaju secara full speed selama 1200 A : 1000 A = 1,2 jam, menempuh jarak sejauh 16,8 mil!

C. Nilai kapasitas batere Yuasa CS 2400, dan kemampuannya untuk diexploitasi, yang telah dibahas diatas, terlihat sebanding dengan nilai batere HAGEN maupun VARTA yang dipergunakan di KS type U-209 /1300 yang telah lebih dahulu kita miliki dan kita operasikan selama ini. (Referensi: leaflet batere industri Yuasa type CC-2400, dari PT. JATIM TIGA MANUNGGAL, Bpk IBNU (031) 7482995, Bpk. KRISNO / mBak RINI (031) 749 2624.). Sebagai catatan, bila kita kemudian lalu memilih untuk menggunakan batere Yuasa, maka mereka harus dipersyaratkan, bahwa produksi batere tipe yang dimaksud, lengkap dengan laboratorium dan fasilitas R&D nya, harus tersedia di Indonesia!

D. Penggunaan batere Yuasa dengan kapasitas 2400 AH, juga akan tertunjang dengan baik oleh dua diesel generator @ 150 PK pada midget. Perbandingan arus pengisian yang tersedia akan menjadi (2 X 150 PK X 0,75) KW : 2400 AH = 9%. Hal ini masih setara dengan yang terjadi pada kapalselam type U-209, yang secara umum telah terakreditisasi, yang menggunakan empat diesel 600 PK. Energi listrik yang tersedia akan sebesar (4 X 600PK X 0,75) = 1800 KW, kapasitas batere 16.000 AH. Perbandingan energi tersedia dengan kapasitas batere : 1800 KW : 16.000 AH = 11%.

E. Dengan dimensinya: panjang 390 mm, lebar 350 mm, tinggi bersih 640 mm dan tinggi lengkap dengan connector 712 mm, batere Yuasa type CS 2400 dapat ditata dengan tepat, memenuhi keterbatasanan ruang dalam midget, dengan penataan pada bidang melintang dengan dua batere dilambung kiri, empat batere ditengah dan dua batere dilambung kanan. Pada sisi longitudinal, susunan ini akan berbentuk memanjang 15 deret batere, yang akan memakan tempat hanya sepanjang enam meter saja. Berat per selnya (136 kg tanpa elektrolit, dengan 38 kg elektrolit) total 174 kg, akan menambah deret muatan dengan bobot sebesar (120 X 174 kg) = 20,88 ton. Sedangkan ruangan silinder pressure hull yang tidak dapat ditempati batere, dapat dimanfaatkan menjadi MBT (main ballast tank) (bagian samping, dengan volume 0,5 m3 permeter panjang), dan sebagai tangki isian muatan cair lainnya ( bagian bawah, 565 liter permeter panjang).

4.4. Kemungkinan menggunakan design “pressurehull empowering ring”, “fool proof fixture” dan “accessible hullskin” serta “accesible bulkhead” da lam mempersiapkan penyingkatan waktu operational down time saat mainte nance.

Salah satu kelemahan kapalselam, juga midget, adalah sisi pemeliharaan nya, yang amat sukar dilakukan. Dibutuhkan suatu perencanaan yang teliti, mendetail dan disamping itu, harus memilik suatu contingency plan.. Hal ini disebabkan karena amat banyaknya peralatan yang harus ditata didalam ruang yang justru amat terbatas. Dari sisi taktis, hal ini lalu akan berarti suatu “operational down time” yang berkepanjangan, yaitu waktu dimana midget tidak dapat dioperasikan karena sesuatu hal. (Referensi: pengalaman mempersiapkan pengeluaran generator Anton Piller NGL yang mengalami keretakan pada impeller blade, dengan KKM Mayor (saat itu) Frans Wuwung, kini Laksma. Periksa Recommendation Letter dari HDW)). Pembuatan baru justru akan terasa lebih mudah dilaksanakan, mengingat ruang yang tersedia untuk bekerja relative masih amat lebih terbuka. Untuk itu, HDW telah mengemukakan beberapa konsep design, guna mempermudah akses keperalatan pokok yang besar saat kapal harus dimaintenance. Salah satunya adalah memasang suatu “accessible hullskin”, suatu

tingkap diatas diesel, yang dapat dibuka, sebagaimana tingkap untuk mengeluar kan batere, diatas Ruang Baterte grup I dan Ruang Batere grup II dikapalselam Whiskey Class, guna mengeluarkan motor pokok dan diesel saat harus overhaul. (Referensi: Pengamatan terhadap pembuatan baru kapalselam type U-209/ 1800 ton bagi Angkatan Laut Brasilia, tahun 1980 dan pembuatan kapalselam Israel, type yang sama, delapan peluncur torpedo, 2600 ton, tahun 1997 di HDW, Kiel).

Design yang lain adalah “hull cutting”/ memotong pressure hull pada frame tertentu. Dengan cutting tersebut, waktu overhaul dapat dipersingkat sehingga ting gal sekitar 65% sampai 70% dari waktu yang diperlukan, dibanding dengan bila overhaul dilaksanakan tanpa melalui cutting. Akan tetapi, mereka tetap mengalami prolongation, sebab mereka masih harus mengeluarkan batere satu persatu dari tingkap batere!

Dalam mendesign midget, dengan kerapatan peralatan serta ruang gerak yang jauh amat lebih terbatas lagi, dicoba mengetengahkan konsep hull cutting, dengan jaminan tanpa mengurangi kekuatan konstruksi, ditambah jaminan tidak akan terjadi misalignment saat pengelasan ulang.. Hal ini dilakukan dengan memasang suatu cincin penebal hull skin (empowering ring) dibagian dalam hull, pada posisi ditengah tengah antara frame 17 dan 18. Sehingga, tempat tersebut secara teoritis akan memiliki kekuatan konstruksi yang dua kali lipat dari hull skin pada tempat yang lainnya! Untuk lebih memperkuat lagi, pengelasan akan dilakukan dengan X weld profile, pengelasan dari dua sisi plat bagi plat dengan ketebalan lebih dari 10 mm..( Referensi: “Metallbautechnik Fachbildung”, Armin Steinmuller, Verlag Europa Lehrmittel). Di tempat tersebut, juga sudah dipasang secara tetap, suatu pasangan “fool proof fixture”, peralatan yang akan mencegah terjadinya kekeliruan yang dapat menimbulkan misalignment pada saat penyambu ngan ulang. Dengan dibukanya hull skin ditempat tersebut, maka akses ke bela kang, kearah diesel generator dan motor pokok listrik, serta kedepan, kearah ba tere, dengan membuat design dinding kedap yang dapat dibuka/ accesible bulkhead, diantara tangki dan ruang batere, akan terbuka lebar, sehingga proses overhaul kedua peralatan pokok tersebut akan dapat terlaksana dengan lebih mudah, sekaligus, batere lalu juga dapat diambil (untuk diganti baru) dengan amat jauh lebih cepat, bila dibandingkan dengan harus mengangkat satu persatu melalui hatch/tingkap anjungan. (Referensi: improvisasi dari mengamati dua kapalselam type U-206 German Navy yang dioverhaul di HDW dengan system hull cutting, pada 1986-1987. Empowering ring dan fixed fool proof fixture serta accesible bulkhead, merupakan idea / pemikiran baru, khusus untuk mengantisipasi keterba tasan ruang untuk melaksanakan maintenance dalam midget, terlepas dari apa yang pernah dilakukan oleh HDW).

4.5. Penggunaan kamera digital untuk subtitusi periskop.

Periskop dikapalselam militer merupakan peralatan, yang memungkinkan kita melihat sasaran yang berada diatas air, tanpa kita harus membahayakan diri kita dengan menampakkan diri sendiri.

Prinsip kerja periskop adalah amat sederhana: “menggeser line of sight (garis pandang) secara sejajar” dengan menggunakan prisma ganda. Akan tetapi, untuk memperoleh suatu pandangan yang sebaik mungkin, maka periskop masih diperlengkapi pula dengan beberapa lensa pembesar, dua kali lensa pembalik. Be lum lagi system yang harus kedap, dan diisi dengan gas nitrogen untuk pencegahan pengembunan pada lensa dan prismanya, peredam getaran yang harus mencegah perobahan letak kedudukan prisma dan lensa. Kerumitan peralatan teknis penun jang seperti disebutkan diatas, membuat harga periskop menjadi amat mahal. Periskop termurah dari Sowyet Rusia, type PZKG (Periskop Zenith, navigasi ) ataupun PAKG (Periskop Attak, serang), yang pernah dipergunakan dikapalselam Whiskey Class kita, berharga US$.700.000.00, atau sekitar enam Milyard Rupiah, sedangkan periskop Bar and Strout dari group Pilkington (127 mm diameter tube, CK25/CH74) (Inggris) serta Kollmorgen (model 76) (USA) dan Zeiss type Sero AS40 / BS40 (Jerman) bisa berharga hampir satu koma tujuh bahkan sampai dua kali lipat lebih mahal dari periskop Rusia PZKG tersebut terdahulu.(Referensi: “Jane’s Naval Weapon System”,editor E.R. Hooton, Jane’s Publication)

Untuk itu, dicoba dikembangkan konsep tetap menggunakan prinsip kerja periskop, yaitu “menggeser line of sight (garis pandang) secara sejajar”, hanya saja, kita tidak akan lagi menggunakan peralatan prisma dan lensa serta segala penunjangnya yang serba rumit dan mahal, akan tetapi menggantikannya dengan menggunakan system digital, yang kecuali lebih sederhana, lebih stabil (tidak terpengaruh oleh getaran diesel maupun kemungkinan pengembunan), juga relative amat lebih murah harganya: lengkap dengan engineeringnya, tidak akan sampai sekitar enam-ratus juta Rupiah! Prinsip kerja system digital ini tepat sama dengan prinsip kerja video recorder, yang memiliki lensa dan monitor pada satu body, hanya saja, bedanya, lensa pengamat diletakkan diatas, dipuncak hoistable mast, sedangkan monitornya diletakkan diruangan pengendalian olah gerak kapal.

4.6. Kemungkinan mengikutsertakan sebanyak mungkin badan industri da lam negeri didalam proyek midget/SUVT, peningkatan “local content” semak simal mungkin.

Didalam proses pembuatan midget/SUVT ini , disarankan agar kita dapat mengikutsertakan sebanyak mungkin komponen hasil badan industri dalam negeri .Antara lain yang jelas terlihat dapat diketengahkan saat ini adalah : plat baja dari Krakatau Steel (catatan khusus: midget Jerman tipe Molch, menggunakan pressure hull setebal 3 tiga milimeter, mampu menyelam pada kedalaman empatpuluh meter, dalam praktek dilapangan bahkan mampu menyelam hingga enampuluh meter, referensi: “Marine Klein Kampfmittel”, Harald Fock 62), Diesel penggerak generator dari Bharata / Deutz ( tentu saja dengan perobahan karakteristik PV diagram dan design camshaft yang disesuaikan untuk memper oleh Exhaust back pressure yang tinggi , agar diesel mampu bekerja pada kedalaman snorkel, mohon diperiksa ‘’ Sistem Permesinan Kapal Selam ‘’ , kumpulan ceramah ilmiah dalam rangka Dies Natalis VII Universitas Hang Tuah Surabaya 1994, ceramah tamu di ITS Kelautan ) , generator dan motor listrik pokok dari PINDAD /Siemens dengan karakteristik khusus alternator multi phase yang disearahkan. Sebagai catatan tambahan, penggerak pokok yang dibutuhkan bagi midget cukup sekitar 300 HP (pada CM 1-3 yang menggunakan transfer of power mechanic, power ini mampu mendorong kapal berlayar dengan cepat 14 knot diatas air), dibawah air cukup motor listrik 60 Hp (pada CM 1-3 akan membawa kapal melaju 8 knot), pompa lensen dan pompa pendingin dari STORK pumpen Indonesia. Dengan demikian, maka biaya pembuatan midget/SUVT akan dapat ditekan seekonomis mungkin, tanpa harus mengurangi kwalitas keamanan penyelamannya.

4.7. Pemanfaatan program komputer terapan dan penggunaan model propor sional untuk memperkecil “trial and error” hingga seminimal mungkin.

Disaat ini, telah banyak program komputer terapan yang akan dapat menolong kita melaksanakan design, tanpa harus melakukan penelitian dari dasar. Dalam hal sistem kontrol, misalnya, kita dapat mempergunakan program “Simu link” dan “Matlab” dari The Mathworks Inc. sedangkan untuk perhitungan mate matis murninya, kita dapat menggunakan program “Mathematics” dari Stephen Wolfram. Dalam bidang bangunan kapal, telah tersedia juga program terapan sejenis itu pula, antara lain: program utama Lines Plan, Strength Calculation, Stability, dan program pendukungnya seperti Bonyean Curve, Hidrostatic Curve, dan lain lain.

Dalam hal membutuhkan pengujian, misalnya terhadap ketahanan badan tekan dalam menyelam dalam, kita dapat membuat model proporsional, dan mela kukan pengujian dengan biaya yang relatif lalu menjadi amat murah, dari pada bila harus melakukan pengujian dengan kapal yang sebenarnya, didalam suatu pressure dock, sebagaimana yang dilakukan di HDW. Pengujian proporsionil praktis semacam ini telah pernah dipraktekkan di DEPMESHAR / PT.PAL, saat TNI.AL membutuhkan pertangungan jawab akan kekuatan poros balingbaling salah satu FPB milik TNI. Angk.Laut ( dengan KKM Kapten, saat itu, Tatang) yang mengalami kebengkokan diluar wajar, dan diluruskan dengan suatu proses “cool drop forge”, untuk mencegah terjadinya perobahan terhadap struktur material stainless steel bahan poros tersebut. Pengujian praktis lain yang pernah dilakukan adalah menguji kekuatan cengkeram pemasangan hub balingbaling pada porosnya dengan menggunakan system SKF, pengujian ini bahkan pernah mendapat pujian dari DR.Yamin dari TESCO Marine)

Tangki uji cukup dibuat dengan diameter sebesar tiga meter, panjang menye suaikan panjang model, menggunakan “common commersial pipe”, yang bila di pandang perlu, diperkuat dengan pemasangan frame pada sisi luarnya. Model dibu at sekitar 10% sampai maksimal sebesar 15% dari ukuran midget/SUVT sebenar nya, menjadi 330 centimeter panjang, dan 45 centimeter diameter, diperlengkapi dengan suatu sonde , dimasukkan kedalam test tank dan diberi tekanan. Model juga dapat dibuat dengan design lain, sejauh mampu mewakili persyaratan serta criteria pengujian. Kenaikan tekanan dilakukan secara bertahap, untuk memberi waktu mendengarkan terjadinya “krimpen”. [ Referensi: pengalaman mengikuti kursus dan seminar vibrasi di PAU Dinamika dan Ilmu Rekayasa ITB Bandung, dibawah DR.Ir. Komang Bagiasna]. Proses diikuti secara terus menerus, dengan amat teliti, terutama setelah tekanan mendekati nilai teoritis, dimana model diperhitungkan akan mengalami collapse. Bila model selamat dari nilai collapse teoritis, percobaan dilanjutkan sampai terjadinya collapse sesungguhnya. Keselu- ruhan proses dicatat. Hasil percobaan dianalisa, terutama jarak antara nilai collapse teoritis dan nilai collapse riil, untuk menentukan, apakah model ini dapat dijadikan suatu patokan standard untuk membentuk pressure hull, atau masih perlu perkuatan lagi. Prinsipnya, kita mencari nilai keamanan yang tertinggi, akan tetapi, dengan pendekatan pemanfaatan material yang seekonomis mungkin! Disamping itu, pengujian juga dapat dilakukan secara ilmiah dengan menggunakan program SAP90 (dari CSI, Computer and Structure Inc), suatu program untuk menguji konstruksi statis maupun dinamis, dengan menggunakan finite elemen ( SAP90, the “SHELL” data block, IX-71, periksa juga G.H.Ryder, “ Strength of Materi als”, ELBS and Mac Millan).

Dengan program terapan dan pengujian menggunakan model proporsional tersebut, jelas biaya design akan dapat ditekan menjadi serendah mungkin. Juga kegiatan yang didasari oleh “trial and error”, yang disamping menghabiskan wak tu juga pasti akan menghamburkan biaya yang tinggi, akan dapat dieliminir hingga sekecil mungkin.

4.8. Dimensi pokok midget/ SUVT (Special Underwater Vehicle for Touring).

UData data pokok midget/SUVT tersebut adalah sebagai berikut:

· Panjang: 24,00 meter (Killer Whale Bow Shape).

· Dia. Presshull: 3,5 meter, tebal 5 s/d max 10 mm, bahan baja lokal (code bangunan SUVT X-1). dengan bentuk: semi teardrop type ****, single hull***** (with/ without sadle tanks).

· Kaca jendela: acrylic 10 mm

· Dalam selam aman: s/d 80 meter, collapse depth 120 meter.

· Draft : 2,6 meter

· Displacement: atas air 170 ton, menyelam 212 ton

· Atas air, Radius / Cepat : 1200 mil / 8 knot, max 12 knot

· Bawah air, Radius / Cepat : indescration rate * 160 mil / 4 knot, max 8 knot dalam satu jam.

· Endurance **: 6 minggu.

· Awak kapal : tujuh orang ( 1 Komandan, 1 KKM, 1 dokter, 2 anggauta mesin/listrik, 2 pramugari wisata, dan penumpang / wisatawan: 20 (dua puluh) orang.

· Pendorongan : 2 diesel.gen X 150 KW Deutz Bharata, motor listrik 1 X 220 KW DC, Siemens PINDAD, batere satu grup berisi 110 sel 220 volt DC Yuasa type CS 2400, bahan bakar 10 ton.

· Transfer of Power ***: Electric.

· Propeller: single screw high efficiency.

· Catatan 1. indescretion rate adalah suatu jarak terjauh/waktu terlama bagi suatu kapalselam/midget dapat berlayar dibawah air tanpa melaksanakan pengisian batere.

· Catatan 2: endurance adalah ketahanan suatu kapal (secara umum) untuk melaut, dengan memberikan pada awak kapalnya suatu kehidupan yang wajar. Berlainan dengan performance, yang lebih berkaitan dengan kemampuan teknis, endurance berkaitan dengan hal hal yang lebih manusiawi: persediaan bahan makanan, air tawar,kenyamanan berlayar dll.

· Catatan 3: transfer of power adalah cara untuk meneruskan power dari prime mover kepropeller. Dengan transfer of power mechanic, putaran diesel pokok diteruskan kepropeller melalui serangkaian kopling, sebagaimana yang terjadi di kapalselam Whiskey class ex Sowyet yang kita miliki dulu.Dengan transfer of power electric, putaran diesel memutar generator, listrik yang timbul dimasukkan kebatere, baru kemudian dipergunakan untuk memutar motor listrik pokok. Putaran motor listrik pokok baru akan diteruskan kepropeller. Sistem terakhir ini dipergunakan pada kapalselam kita U-209 ex Jerman.

Masing masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan, khususnya pada transfer of power mechanic, kerugian rendemen mekanik jauh lebih tinggi daripada kerugian pada sistem yang lain, akan tetapi memiliki keuntungan lain, dalam segi volume yang dibutuhkan, sistem ini lebih unggul, sebab generator (PG 101) untuk pengisian batere, pada saat kapal menyelam, dapat dipergunakan sebagai motor listrik pokok! Sistem poros menjadi agak lebih rumit.

· Catatan 4: Midget SUVT akan menggunakan bentuk badan luar yang “semi teardrop type”, agar dapat memanfaatkan “paradox hidrodinamik”, dimana tenaga yang dibutuhkan untuk menyibakkan air dihaluan suatu benda yang stream line simetris, yang bergerak didalam air pada kedalaman tertentu, akan timbul kembali dan merupakan tenaga pendorong diburitan, saat sibakan air kembali menyatu. [ Mohon disimak ulang” Mengapa teardrop type submarine dapat berlayar lebih cepat dibawah air pada saat menyelam”, Ghora Wira Madya Jala, majalah resmi Armada R.I. terbitan sekitar tahun 1982.]

· Catatan 5: Kapalselam, dalam hal design, memiliki dua konsep, single hull, atau double hull.(Periksa gambar contoh kapalselam pada folder design). Whiskey class misalnya, adalah kapal dengan design double hull. Sedangkan U-209 / dhi CKA/401, menggunakan design single hull. Diantara keduanya, terdapat design “sadle tank”.

4.9. Peralatan elektronika penunjang navigasi.

Dalam operasinya, midget/SUVT diperlengkapi pula dengan peralatan elektronika, yang diperlukan untuk menunjang navigasinya, antara lain:

· Sonar: LEN Indonesia (DUUX, Perancis atau STN KAE DBQS-40,

FAS-3 Flank, TAS-3 Clip, STN Atlas MoA 3070, Jerman)

· Radar: LEN Indonesia

· Komunikasi: LEN Indonesia

· Girokompas & Auto pilot: Anschutz S-4

· Steeringstand & Depth Automatic: LEN Indonesia (Salzgitter

Elektronik, Tuschka) bila diperlukan saja.

· Echolood:LEN Indonesia (Allied Signal, ELAC Nautic VE 95)

Echosounder DBQN-11 + SVT & CTD sonde)

· Speedlog: LEN Indonesia (SAL log S-5)

· Periskop: buatan sendiri (LIN), optronics.

· Hoistable mast: combined non hull penetrating hoisted mast, design nasio nal, yang membawa radar, optronic, antenna komunikasi, GPS

4.10. Peralatan Bantu penunjang operasi pada midget/SUVT.

Pengoperasian midget/SUVT tidak berbeda jauh dengan pengoperasian kapalselam pada umumnya, memerlukan dukungan peralatan Bantu yang dibutuhkan untuk menunjang operasinya, yang terdiri antara lain dari:

system pendingin pokok, menjamin peralatan permesian dan pembangkit tenaga tidak mengalami overheating.

system pengeringan pokok, menjamin kapal dapat mengatasi semua masalah pembuangan/lensen air yang tidak dipergunakan keluar dari dalam ruangan kapal, air dari kebocoran sistem, masuknya air kedalam ruang didalam mid get/SUVT.

system trim, menjamin agar kapal berlayar dalam kondisi seimbang horizontal.

system UTT, penghembusan darurat.menjamin agar kapal dapat timbul kembali setelah selesai dari tuga spenyelamannya.

system selam timbul, menjamin agar kapal dapat menyelam, dan juga dapat timbul kenmbali.

system jala listrik pokok dan pesawat Bantu, menjamin tersedianya aliran listrik dari batere yang dipergunakan untuk menggerakkan motorlistrik pokok, pesawat Bantu/auxiliary engine, pengisisan batere dari generator, dan penerangan,

System elektronika navigasi dan komunikasi serta sensor, menjamin dapat terlaksana tugas manuvra navigasi dengan aman.

System pendorongan, menjamin agar kapal dapat berlayar diatas air maupun dibawah air dengan baik.

Sistem kemudi, yang terdiri dari KV (Kemudi Vertikal), KHD (Kemudi Hotisontal Depan) dan KHB (Kemudi Horisontal Belakang), yang diperlukan untuk dapat mengendalikan midget dalam arah kiri kanan dan keatas serta kebawah.

4.11. Peralatan Bantu penunjang akomodasi penumpang pada midget/SUVT.

Disamping peralatan Bantu penunjang operasi, engine auxiliary, yang lebih mengarah pada performance teknis, untuk menunjang dan menjamin kenyamanan para wisatawan penumpang midget/SUVT, wahana ini diperlengkapi dengan peralatan Bantu penunjang akomodasi sebagai berikut:

Air Conditioning, menjamin kenyamanan ruang tinggal dimidget/SUVT.

system oksigen, menjamin konsentrasi oksigen senantiasa tetap diatas 20%.

system penyerap CO2, menjamin agar konsentrasi CO2 ditekan serendah mungkin.

system ventilasi ruangan, menjamin sirkulasi udara diruang akomodasi berlangsung sesuai persyaratan kesehatan.

system air tawar, menjamin tersedianya cukup airtawar sesuai kebutuhan ba gi washtafel, WC, kamarmandi/shower, dapur.

Sistem air kotor, yang menampung pembuangan limbah air kotor yang berasal dari system air tawar.

Pantry, menjamin tersedianya makanan./minuman panas bagi para penum pang.

Kantin/beverages dan Restoran ringan/snack, instant food, menjamin terse dianya kebutuhan makanan ringan dan camilan serta minuman bagi para penumpang, diluar yang disediakan oleh managemen kapal.

Ruang pendingin bahan makanan, menjamin tersediannya cukup cadangan bahan makanan (sayur, daging, telur, ikan dll) segar untuk menopang kebutuhan pantry melayani para penumpang.

Ruang pemeriksaan dokter darurat, menjamin adanya pertolongan pertama bagi para penumpang yang kebetulan mengalami gangguan kesehatan saat berada didalam midget/SUVT

4.10. Jenis jenis Peralatan keselamatan dalam kapal selam militer, guna meng hadapi kedaruratan dilaut ( yang juga lalu dapat dipasang pada midget / SU VT, bila dipandang diperlukan).

Midget, yang merupakan subtitusi penuh dari suatu Kapalselam, sesuai dengan induknya, merupakan satu satunya kapal dalam lingkungan militer, yang didesign khusus agar dapat beroperasi sendiri secara soliter. Untuk itu, kapalselam biasanya diperlengkapi dengan segala macam peralatan tempur, senjata dan juga peralatan penyelamatan bagi dirinya sendiri, agar tidak tergantung pada pertolongan kapal lain pada saat harus melaksanakan tugasnya dimedan pertempurannya yang amat unik, dikedalamam laut dibawah air dan biasanya jauh menembus daerah yang dikuasai lawan. Peralatan penyelamatan yang biasanya terdapat disuatu kapalselam antara lain adalah:

U4.11.A. Peralatan penyelamatan yang berada didalam kapalselam, dan dapat dioperasikan oleh awak kapal sendiri.

4.11.A.1. Tubus penyelamat ( Rettungsschleuze)

Tubus penyelamat merupakan suatu tabung karet rapat kedap yang dapat digulung, biasa ditempatkan dipintu keluar kapalselam. Pada Whiskey Class hal ini dapat diamati diempat tempat, yaitu dipintu masuk ruang torpedo depan, disentral / ruang tiga, dianjungan komando / bilik tempur/ rubka, dan dipintu masuk keruang tujuh diruang torpedo belakang.Apabila kapal mengalami kedaruratan yang tidak dapat diatasi lagi, maka diberikan aba aba peran peninggalan kapal. Kapal dibawa naik sedekat mungkin kepermukaan air, dan bersamaan dengan itu diadakan persiapan penyelamatan sebagai berikut: tubus diturunkan dan kapal digenangi sampai sekitar sepuluh centimeter diatas bibir bawah tubus, tekanan udara didalam kapal disamakan dengan tekanan airlaut luar. Setelah tekanan sama, penggenangan diteruskan, sambil memompa keluar air dari tangki tangki pengatur untuk menjaga kesetimbangan Buoyancy = Gravity kapal. Air diluar tubus akan tetap setinggi sepuluh sentimeter dari bibir bawah tubus, sedang didalam tubus, air akan naik sampai kepintu atas. Dengan aba aba komandan kapal, peran peninggalan dilaksanakan, awak kapal satu persatu menghirup udara sedalam dalamnya, masuk kekolom air didalam tubus, naik kepintu atas dan membuka pintu lalu mengapungkan diri kepermukaan sambil senantiasa menghembuskan nafas sekuat kuatnya (karena itu, di Angkatan Laut Inggris, system ini disebut dengan nama “hoo hoo escape system”, sesuai dengan bunyi nafas yang dihembuskan), untuk mengeluarkan udara bertekanan tinggi didalam paruparunya, yang dihisapnya diruang kapal sebelum masuk ketubus. Tindakan ini dilakukan guna menghindari penyakit barotrauma paruparu ( Referensi: Pelatihan penyelamatan diri dari kedalaman 32 meter di Tieftauchtopf ULG II Unterseebootlehrgruppe zwei, rettungsschule / Tangki Penyelaman Dalam, Sekolah Kapal Selam Dua Angkatan Laut Jerman di Neustadt pada tahun 1979.) Tindakan yang diuraikan diatas harus rettungskugel HDWdilaksanakan dengan tertib tetapi amat cepat, seluruh awak kapal hanya mempunyai waktu sekitar tujuh menit untuk meninggalkan kapal yang secara perlahan tapi pasti akan menuju kekedalaman yang lebih besar karena pertam bahan berat kapal sebesar dua ton air yang dimasukkan kedalam ka pal dan mengisi tubus, juga walau pun pompa pengeringan pokok 6 MWx2 telah dijalankan terus me nerus untuk mengurangi air isian tangki pengatur.

4.11.A.2. Rettungskugel ( Bola penyelamat)

Kapalselam terbaru buatan HDW, dimulai dengan type U- 209 / 1800 yang dipesan oleh Angkatan Laut India pada sekitar tahun 1986, dilengkapi dengan Rettungskugel, suatu konstruksi berbentuk bola yang didesign sedemikian rupa sehingga dapat memuat keseluruhan awak kapal untuk menyelamatkan diri. Pada aba aba peran peninggalan, maka seluruh awak harus bergegas masuk kedalam bola penyelamat. Posisi awak didalam bola penyelamat tersebut sudah dapat dipastikan akan sama sekali tidak nyaman, akan tetapi, keadaan ini hanya berlangsung selama lebih kurang sepuluh menit paling lama, begitu dilepaskan dari pengaitnya, bola penyelamat akan muncul dengan amat cepat kepermukaan air, kedalaman enamratus meter akan dilampaui dalam waktu tidak sampai sepuluh menit. Tidak diperoleh keterangan apakah awak kapal akan mengalami depresi karena pengaruh gaya G yang bekerja pada saluran pembuluh darahnya, akan tetapi, sekurang kurangnya mereka akan terhindar dari kematian secara perlahan karena kehabisan zat asam. ( Referen si: Penugasan dalam SATGAS Over haul KRI Cakra 401 di HDW Kiel, 1986-1987)

4.11.A.3. Hidrasin gas generator.

gabler 112-121 hydrazine gas generator Bila pada beberapa point diatas, yang dibahas adalah penyelamatan awak kapalnya secara orang per orang, maka generator gas hidrasin akan menyelamatkan kapal secara keselu ruhan dari bahaya tenggelam kekeda laman yang tak terhingga dan menga lami kehancuran didalam collapse depth. Dikapalselam type U-206 German Navy, generator gas hidrasin biasanya diletakkan di Tauchzelle ( Main Ballast Tank, Tangki Pemberat Pokok) nomor enam yang terletak di depan kapal. Pada saat kapal karena satu dan lain hal jatuh kekedalaman yang membahayakan keselamatan kapal, maka secara otomatis, gene rator gas hidrasin akan bekerja me nimbulkan gas dalam volume yang cukup banyak untuk mengisi TPP de pan dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan air laut dikedalaman ter sebut. Air yang berada di TPP depan akan terhembus keluar, hal ini akan menimbulkan trim/ angguk kebela kang yang amat besar, serta sekaligus memberikan daya apung positif yang akan mampu mengangkat kapal kepermu kaan. Kapal akan melaju kepermukaan dengan amat cepat, meloncat dipermukaan air untuk kemudian akan menyelam kembali kekedalaman sekitar tigapuluh meter, setelah itu baru akan mengalami proses oskilasi teredam dengan mengapung statis dipermukaan. Dapat dipastikan, bahwa berada dikapal yang mengalami naik kepermukaan karena pengaruh gas hidrasin akan amat tidak menyenangkan.Tetapi, betapapun, hal ini akan menyelamatkan baik awak kapal maupun kapalnya sendiri.

3.8.A.3. Penyelamatan kapal dari bahaya jatuh kekedalaman tak terhingga dengan menghembus Posi tive Buoyancy Blowing Tank.

Dikapalselam juga didapati suatu tangki yang disebut dengan Druckzelle (Positive Buoyancy Blowing Tank), suatu tangki yang berisi beberapa ton air ballast, dengan tekanan udara sebesar yang dibutuhkan untuk mengatasi bahaya kejatuhan kekedalaman. Dalam hal kapalselam, karena satu dan lain hal jatuh tidak terkendalikan kekedalaman tak terhingga, maka diberikan aba aba untuk menuju kepermukaan dengan cepat, dengan kemudi horizontal depan belakang pada kedudukan timbuil penuh, dan motor listrik pokok maju penuh, serta sekaligus diberikan perintah menghembus druckzelle. Tangki druckzelle (Positi ve buoyancy blowing tank) yang berisi sekitar duabelas ton air ballast statis dan udara bertekanan sebesar 60 bar diatas permukaan air ditangki tersebut, cukup untuk mengatasi kedalaman air pada 600 meter. Dengan dibukanya katub pembuangan Tangki Tahan Tekanan tersebut, air akan secara otomatis ditekan oleh tekanan udara diatasnya, dan terhembus keluar sehingga kapal akan memperoleh tambahan daya apung positif statis sebesar duabelas ton.

Catatan khusus: PBBT (Positive Buoyancy Blowing Tank) ini fungsinya Umerupakan kebalikanU dari Tangki Penyelam Cepat (pada kapalselam ex Rusia seperti Whiskey class), atau Negative Flooding Tank (kapalselam ex Amerika seperti Tang dan Wahoo class), yang merupakan suatu tangki kosong, dengan volume sekitar sebelas ton, terletak agak sedikit kearah depan dari titik berat kapal. Tangki ini diisi dengan air pada aba aba “menyelam cepat”. Pertambahan berat sebelas ton akan membuat kapal seketika kehilangan daya apung positifnya, dan letaknya didepan titik berat kapal akan membuat kapal langsung mengalami trim kedepan sebesar duapuluh Deradjat, sehingga kapalselam akan dengan cepat menyelam menuju kekedalaman sekitar enampuluh meter dalam waktu hanya duapuluh detik. Perlu diperhatikan, bahwa sesaat setelah kapal mulai masuk kekedalaman, maka TPT (NFT) harus segera dihembus keluar, agar kapal tidak overshoot, dan jatuh terus kekedalaman tidak terhingga.(Referensi: penugasan selama belasan tahun dilingkungan kapalselam mulai Whiskey Class ex Rusia sampai U-209 ex Jerman)

U4.11.B. Peralatan penyelamatan yang penggunaannya memerlukan bantuan dari awak kapal penolong.

4.11.B.1. Bui Darurat / Emergency buoy

Pada hampir semua kapal selam buatan Rusia, antara lain Whiskey Class yang pernah kita miliki, terdapat sepasang buoy darurat yang diletakkan satu diha luan, didepan pintu ruang satu, dan satu lagi diburitan dibelakang pintu ruang tujuh. Dalam hal kapal mengalami kedaruratan diperairan sendiri, buoy darurat yang dicat dengan warna belang merah dan putih ini dilepaskan dari kaitnya yang mengikatnya kebadan kapal. Buoy akan mengapung kepermukaan air, dan secara otomatis akan memancarkan code tertentu kemarkas Satuan Kapal selam, untuk memberikan berita kedaruratan ini. Berita kedaruratan ini akan dilengkapi dengan posisi terakhir kapal, untuk memudahkan kapal penolong mencari posisi mereka. Dibagian atas buoy terdapat tingkap rapat kedap yang dapat dengan mudah dibuka, dan didalamnya terdapat telepon yang akan dapat dipergunakan untuk berkomu nikasi dengan awak kapal penolong yang datang dan akan menolong mereka, sehingga akan dapat diketahui pertolongan apa yang paling dibutuhkan oleh awak kapal yang naas tersebut, apakah sekedar supply oksigen, atau sampai ke UTT ( Udara Tekanan Tinggi) yang akan diperlukan untuk menghembus TPP kapal. Teknologi yang lebih modern lagi, menyempurnakan buoy ini menjadi peralatan yang lebih khusus: “communication buoy”, antara lain jenis Sippican XSTAT atau BRT-1 dari US Navy, yang dilepaskan dari anjungan kapal yang sedang menyelam dikedalaman operasinya, terhubung dengan kabel komunikasi keruang radio kapal, untuk berkomunikasi dengan menggunakan pancaran radio / gelombang elektromagnetik. Dalam situasi perang, apabila kapal merasa terdeteksi oleh lawan, buoy ini akan dilepas dan ditinggalkan untuk menyelamatkan diri, menyelam kekedalaman yang lebih aman.

4.11.B.2. Evron.

Untuk mempermudah kapal penolong menolong kapalselam yang mengalami kedaruratan dibawah air, kapal selam memiliki suatu set peralatan katup dan pipa yang digabung didalam satu kelompok yang disebut “evron” dan diberi tanda huruf Rusia “ Э ”. Pada evron ini terdapat pipa saluran pemberian udara bersih, pipa saluran ventilasi udara kotor, dan juga pipa saluran UTT (Udara Tekanan Tinggi), bila diperlukan untuk menghembus TPP karena UTT kapal yang naas tersebut sudah habis. Kapal selam type U-209 / 1300 yang kita milikipun mempunyai peralatan sejenis ini. . Pada beberapa kapal selam nonkonvensionil modern yang telah bertenaga nuklir, milik Angkatan Laut Rusia, antara lain type Typhoon, Victor dan Yankee Class, keberadaan buoy darurat maupun evron ini masih dapat teramati dengan amat jelas. ( Referensi: David Miller, John Jordan, “ Moderne Unterseeboote”, Verlag Stocker Schmidt, Motorbuch Verlag, Stuttgart).

(Catatan: Bagian tulisan tentang peralatan keselamatan didalam Kapal Selam diatas ini sebagian besar diambil dari tulisan Kolonel Ir.Dradjat Budiyanto: “Apa yang sebenarnya terjadi pada kapalselam Kursk didasar Laut Berring?”, di “Yalesveva Jayamahe”, Majalah resmi DISLITBANGAL edisi………………)

5. PERHITUNGAN EKONOMIS dalam KONSEP MIDGET/SUVT.

5.1. Perkiraan kebutuhan dana (untuk kegiatan pembuatan prototype, sebagai ujicoba feasibility, suitability serta acceptability konsep dan sekaligus uji coba kemampuan teknis riil Galangan Kapal) dalam UribuanU Rupiah.

Catatan: Semua kegiatan yang disebutkan dititik 5(lima) disini diperjelas dengan suatu flowchart, terlampir!

5.1.1. Giat A: Proses perhitungan dasar teoritis midget

a. (Diusahakan memanfaatkan fasilitas komputasi dilingkungan komunitas LHI/BPPH-BPPT, dgn pengarahan dari konsultan teknis)…. ...Rp. 750.000.- (periksa Lampiran 7B dihalaman 39)

b. biaya research, pretest, administrasi managemen bagi konsultan / design ner, 24 bulan:……………………………………………………Rp.480.000.-

5.1.2. Giat B: Proses uji coba gambar rancang bangun dan mock up midget

a. gambar dan pengujian dlm Autocad………………………Rp. 200.000.-

(Diusahakan memanfaatkan fasilitas dilingkungan komunitas teknis LHI /

BPPH-BPPT), dengan pengarahan dari konsultan teknis)

b.Mockup midget skala 1:1, dari kayu (D3 Polyteknik ITS, bapak Ir.

Langgeng Condro HP: 08123240720 atau LHI…… …… Rp.200.000.-

5.1.3. Giat C: Pengujian dengan model proporsionil:

a. pembuatan test tank diameter 400 cm panjang 400 cm, ketebalan plat 10 mm, dengan gading gading penguat pada sisi luarnya…………Rp. 600.000.-

b. pembuatan model dgn ketebalan presshull proporsionil, baja:

………………………………………………………………Rp. 350.000.-

c. pembuatan model dgn ketebalan presshull proporsionil, acrylic/plexiglass:

………………………………………………………………Rp.350.000.-

c. perhitungan computerisasi hasil test…………………… .Rp. 100.000.-

5.1. 4. Giat D: Proses pembangunan fisik midget diatas slipway.

Ua. Pembentukan pressure hullU 24 meter panjang, dia. 350 cm, raw mate rial dari plat baja 10 mm diroll (hull 44 ton, frame 3 ton) = 47 ton baja plus biaya konstruksinya…,,,,……….....................................Rp.2.250.000.-

Pembuatan setengah bola haluan dan kerucut buritan, Biaya jasa roll, las dll 80% …………………………...………………Rp. 560.000.-

Ub. pengadaan komponen system pendorongan, plus biaya fittings:

b1.2 x 75 PK MWM Deutz, gen. Leroy Summer, rectifier set (Perintis Ph (031) 8706769)...……………… ……………………………Rp.660.000.-

b2.Motor listrik pokok 200 PK, DC, Siemens PINDAD…….Rp.800.000.-

b3. batere (menggunakan batere Yuasa , 120 sel, 2 volt / sel, 2400 AH, perkiraan @ Rp.10 juta.-), Jatim Tiga Manunggal (031) 7492624 Krisno, Rini batere industri………………….. ………………………Rp.1.500.000.-

b4. propeller 4 blade, 157 cm profile turbin, TESCO Marine DR.Yamin (200 juta), system poros (sekitar 300 juta) total..………………….Rp.500.000.-

b5. snorkel, fixed mast, sebagai bagian dari anjungan………Rp. 350.000.-

b6.papan pembagi pokok & system listrik, pejalan motor pokok, pejalan pesawat Bantu………………….…………………………….Rp. 500.000.-

` Uc.pengadaan peralatan auxiliary engine, plus biaya fittings:

c1..Kompresor UTT( Bpk Supi’I, 08123172315, Chief Prod EngPT

Fajar Mas Murni, Ingersoll Rand type 15T4 X B15 / 245, complete with after cooler, 0,54m3/minute, 1460X1035X1150.)……………Rp.938.000.-

c2..Pompa hidrolik piston A37 dan power cylinder(Bondioli),, hand

valve (Oil Pad), (tiga set) Ph (031) 849 9703 Samudra Teknindo Hydra matic……………………………….……………………………..Rp.1.500.000.-

c3.Kompresor dan Sistem AC (non milspec).. … ………...Rp. 750.000.-

c4.pompa pengeringan dan system…………………….....…. Rp. 800.000.-

Ud. alat navigasi, sensor, komunikasi non milspec dan pemasangannya:

d1.radar dan komunikasi saja.(HOSION, Ph (021) 42885470..Rp.1.000.000.-

d2. periskop, dibuat sendiri di LEN,LIN (pengalaman mengikuti seminar selaku penyaji aktif di LIPI)……………………………… …Rp. 479.000.-

d3. giro kompas . PT. HOSION, Ph (021) 4288 5470………..Rp. 300.000.-

Ue. peralatan bahariU (kemudi vertical, horizontal depan belakang, peralatan sandar dan labuh, anjungan dan casing)…….Rp. 1.529.000.-

Uf. tangki dan system Bantu, plus biaya konstruksinya:

f1.system bahan bakar, separator statis……… ……………..Rp. 300.000.-

f2.system air tawar………………….…….………………....Rp. 250.000.-

f3.pompa pendingin pokok dan system……………………..Rp. 400.000.-

f4.system saniter / air kotor…….…………...………………Rp. 225.000.-

f5.system minyak lincir……………………………………..Rp. 325.000.-

f6.sistem tangki trim, tangki pengatur, positive buoyancy…Rp. 375.000.-

f7.sistem ventilasi…………………………..………………Rp. 525.000.-

f8. system main ballast tank………………………….............Rp. 700.000.-

5.1.5. perlengkapan akomodasi ruang penumpang…………….Rp.600.000.-

5.1.5. Biaya pembuatan manual/petunjuk pengoperasian dan dokumen teknis ……………………………………………………………………..Rp.500. 000.-

5.1.6. Biaya pelaksanaan komponen test, pier test, sea acceptance test, static and dynamic diving test (termasuk kapal pengawas)…………...Rp. 4.000.000.-

Total perkiraan biaya pembangunan midget hingga siap apung, siap berlayar /manuvra atas air dan bawah air, siap navigasi/komunikasi, siap selam (kedalaman snorkel)………….…………...……………………Rp.22.426.000.- (sekitar duapuluh satu milyard Rupiah).

5.1.7. Perkiraan biaya tidak terduga sebagai cadangan darurat ( 12 % dari total biaya terperhitungkan)……………………………… …... Rp. 2.450.000.-

----------------------------------------------------------------------------------------------------

5.1.7. Total biaya pembuatan teknis midget SUVT:…………...Rp. 24.688.000.-

5.1.8 Royalty (14%) untuk designer dan fee (4%) consultant dari total biaya pembangunan (sesuai dengan Peraturan Pemerintah), fee test pilot/diving offi cer 5%, cost and marketing fee (5% +5%), total 33%, dikurangi giat (A),(B), (C) yang menjadi tanggungan designer…………………....Rp.2.648.000.000.-

5.1.9. Grand total biaya pembuatan midget / SUVT…....…Rp.27.336.240.000.-

5.1.10. Perkiraan ijin pembangunan (BAIS, HANKAM), ijin operasi

(DIRJENPERLA),sertifikasi kelaikan kapal (Satlaikmatkap TNI.AL)…

………………………………………………………….Rp. 3.000.000.-

5.1.11. Total dana yang dibutuhkan ………………Rp.30.336.240.000.-

(tigapuluh milyard, tigaratus tigapuluhenam juta, duaratus empat puluh ribu rupiah) sesuai perhitungan dgn file type EXCEL” estimated cost calculation, project SUVT 12/27/2008.”

Catatan 1: untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada pasar Luar Negeri, menghindarkan diri dari segala macam embargo dan intrik politik lainnya, diusa hakan agar semua komponen peralatan dapat diperoleh dari produsen Dalam Negeri, dengan penyesuaian technical specification yang ditingkatkan sesuai kebutuhan penggunaan dalam midget. Pembuatan peralatan dan peningkatan spesifikasi teknis (yang belum pernah dilakukan di Dalam Negeri, seperti pembuatan periskop, pemasangan foolproof fixture untuk mempersiapkan pressure hull yang dapat dipotong saat overhaul, pemasangan tingkap pemasuk an/pengeluaran batere, pemasangan accessible bulkhead, pemasangan tingkap untuk pengeluatan peralatan utama midget saat overhaul, pembuatan ruang penyelam, pembuatan pintu tingkap kedap, generator multiphase, diesel dgn high exhaust gas back pressure, snorkel non hull penetrating, folding type atau fixed mast system, tangki bahan bakar bertekanan, coupling, transfer of power electric maupun mechanic, torroidal maupun seamless tube hull, hydraulic power cylinder dll ), dalam usaha untuk menekan biaya sehingga seminimal mungkin, akan tetapi, dengan tetap memenuhi model fungsionil, ( periksa ANGS Decision Model), akan dibimbing langsung oleh designer / konsultan teknis, berdasarkan pengalaman dilapangan terdahulu ( periksa curriculum vitae, khususnya recom mendation letter dari HDW) (Periksa juga titik 4 pada konsep: analisa banding melalui simulasi model )

Catatan 2: Sekedar sebagai bahan pembanding harga, perlu diketahui, bahwa harga sebuah trawler / kapal ikan sederhana buatan PT.PAL, berharga sekitar UD$. 3. 250. .000.- atau 32,5 Milyard Rupiah. (Referensi: Suleman Wiriadidjaja, Ketua Umum HATMI, Jawa Pos, rubric Ekonomi/Maritim, Rabu 21 April 1999). Sebuah kapalselam/midget dengan tonnage yang sama dengan kapal ikan ini, sekitar 200 ton, apabila peralatan didalamnya digelar, biaya pengadaan peralatan tersebut akan cukup untuk memperlengkapi tiga kapal ikan! Dari sini dapat diper kirakan, Ubahwa tanpa adanya usaha untuk menekan biaya seefisien mungkinU, maka harga sebuah midget/SUVT akan berada dalam kisaran antara Rp.96 .000.000.000.- (sembilan puluh enam milyard Rupiah)!

5.2. Perkiraan pemasukan pendapatan (expected value) dari pengoperasian midget, dan waktu BEP.

Data analogi: Dari pengamatan harga karcis untuk mengikuti pelayaran singkat (sekitar satu jam) dengan menggunakan kapalselam yang berdinding kaca, di Benoa. Bali, didapatkan harga US$.100.00 setiap orang.

Cash in: Bila midget mampu memuat 20 (dua puluh orang), dan dalam sehari mampu beroperasi tiga kali @ satu jam, maka pendapatan perhari akan mencapai 20 orang X US$. 100.00 X 3 trip = US$.6.000.00 yang bila dinilai dengan kurs US$.1.00 = Rp. 10.000.- (hanya untuk memudahkan perhitungan saja), akan diperoleh Rp.60.000.000.- atau enam puluh juta Rupiah.

Catatan: peningkatan jumlah pendapatan dapat dilakukan dengan mengoperasi

kan midget siang dan malam (dimana siang maupun malam dibawah air

tidak memiliki perbedaan pandang yang signifikan, mengingat dalam kedua situasi tersebut, observasi terhadap obyek wisata tetap akan membutuhkan bantuan sorotan cahaya lampu zoeklight), dan/atau kemungkinan memper besar jumlah penumpang midget, dengan memperpanjang design awal, atau mengurangi jumlah crew.

Cash out operational: Bila diperkirakan bahwa biaya operasi (logistic teknis: bahan bakar, minyak lincir, hidrolik, air tawar, dan logistic personil: bahan makanan, air minum, sayuran, P&D, gaji awak kapal dll ) akan menghabiskan maksimal sekitar 10 % dari pendapatan, menjadi sebesar Rp. 6 juta per hari (Ir. Dradjat Budiyanto, dalam Disertasi Doktorate, U“BASIC CONCEPT FOR THE DEVELOPMENT OF THE INDONESIA ECONOMIC PLATFORM TO CON FRONT AGAINST THE MULTI DIMENSIONAL CRISIS AND THE IN CM ING ERA OF GLOBALIZATION”U pernah dihitung juga hanya sebesar 0, 30 0/00 dari harga kapal, sekitar Rp.6.000.000.-saja), dan pajak penghasilan sebesar 15 % menjadi Rp.9 juta, biaya port administration (sandar, kapal tunda, pandu dll) sekitar Rp. 2 juta, maka akan didapat suatu pendapatan bersih perhari sebesar [Rp.60 juta – (Rp.6 juta + Rp. 9 Juta + Rp.2 Juta )] = Rp. 43 juta.

Cash out maintenance: dengan harga pembangunan midget sekitar US$.3.000.000.- atau sekitar Rp.33 Milyard, diperkirakan biaya pemeliharaan tahunannya pertahun sekitar 1,5 % dari harga pembangunan (tahun pertama hingga tahun keempat) total akan mencapai sekitar ( 0,45 Milyard X 4) = Rp. 1,8 Milyard, sedangkan biaya pemeliharaan besar limatahunannya akan mencapai 10% s/d 15% dari harga pembangunan, yaitu Rp.3 Milyard .

Net income: dengan nilai tersebut, yang harus dikeluarkan, maka dapat dihitung, bahwa keuntungan bersih pengoperasian midget dalam kurun waktu lima tahun adalah (catatan: setiap tahunnya akan ada down time/ maintenance window untuk pemeliharaan sekitar 20 hari):

{[5 tahun X (360 – 20) hari operasi X Rp.43 juta ] – [ 4 tahun X Rp. 0,3 Milyard + Rp.2 Milyard]} = {Rp 73,1 Milyard – Rp 4,8 Milyard.} = Rp. 68, 044 Milyard.

Break Even Point / Titik Impas Balik: Dengan harga pembangunan mid get diperkirakan sebesar Rp.34 Milyard, maka BEP (break event point) pembangu nan midget akan tercapai hanya dalam waktu: (34 : 68,044 ) X 5 tahun = sekitar 30 bulan saja, atau 2 tahun 6 bulan!

1. SARANA/PRASARANA PENUNJANG LAIN YANG DIPANDANG PERLU UNTUK DISIAPKAN.

Didalam mengoperasikan midget/SUVT sudah ada, dipandang perlu untuk lebih menajamkan fungsi sarana/prasarana managemen operasi yang sudah ada, maupun membentuk baru sarana/prasarana yang belum ada, antara lain:

· System pengendalian operasi: peta perjalanan agar beberapa midget/SUVT yang dioperasikan oleh managemen terhindar dari bahaya saling bertubruk an, jadwal keberangkatan/tiba kembali, komunikasi rutine, lintasan kapal lain, pengaturan/pembagian daerah antara daerah penyelam (scuba divers area) dan daerah lintasan SUVT, aturan keselamatan termasuk procedure menghadapi kedaruratan dilaut, kapal penolong, sosialisasi Peraturan Pelanggaran dilaut dll.

· System logistic penunjang: dermaga sandar, fender, tug boat, bengkel khusus perawatan SUVT,dll, gedung punggahan awak kapal/mess, mobil tangki bahan bakar, dll.

· Pemasaran wisata “Taman Laut” secara terpadu: kemungkinan memadukan penawaran wisata lengkap, dan menawarkannya melalui segala macam media, termasuk melalui internet: video klip tentang Taman Laut setempat dengan segala kelebihannya, jaringan transportasi (udara, darat, laut) menuju ke dan kembali dari daerah wisata, mulai dari ticket datang /kembali, hotel/penginapan, restoran, homestay, wisata “Taman Laut” dengan menggunakan midget/SUVT, souvenirs, booklets/leaflets, fasilitas sauna/message, kolam renang, area berenang dilaut yang aman, penjaga keselamatan penyelaman (diving master) maupun keselamatan pantai /Bay watch, acara penduduk setempat, makanan asli daerah, dll.

7. PENUTUP.

7.1. KESIMPULAN

Dari titik titik dalam pembahasan terdahulu, dapat diambil dua kesimpulan utama, yaitu:

· Bahwa saat ini, potensi wisata Taman Laut di Indonesia, yang demikian besarnya, baik yang berada dikepulauan Maluku dan disekitar Sulawesi, maupun didaerah lain di Indonesia ini, termasuk Banda Aceh, yang tidak banyak memiliki saingan dibagian lain dari dunia ini, pada saat ini disimpulkan belum terberdayakan / diexploitasi secara optimal.

· bahwa midget merupakan salah satu wahana, yang dapat diketengahkan sebagai “wahana bawah air” yang dapat dimanfaatkan guna mengoptimali -sasikan pola exploitasi wisata Taman Laut didaerah daerah yang memiliki taman tersebut, baik dari sisi pembahasan teknis, operasionil, ekonomis maupun yang terpenting: keamanan para peserta wisata. Pembahasan tentang system yang harus disiapkan sebagai penunjang pengoperasian midget / SUVT juga memberikan gambaran yang jelas, yang akan mempermudah pengoperasian SUVT.

7.2. SARAN

Untuk itu disarankan, agar konsep pembuatan midget guna menunjang opti malisasi wisata Taman Laut ini dipertimbangkan untuk dilaksanakan dengan segera, agar dapat kita petik hasilnya sepagi mungkin, sebelum kesempatan emas ini diraup oleh pihak lain, sehingga akan dapat lebih meningkatkan PAD (Pendapa tan Asli Daerah) dalam era desentralisasi ini.

sasrabahu alone hi5Surabaya, 27 Des. 08

Penyusun konsep / Designer midget/

Konsultan teknis pembuatan SUVT:

Ir. Dradjat Budiyanto MBA

Kolonel Laut (Purn) NRP.5121/P

“Engineering and Management Consultant”

Teluk Tomini 26, SURABAYA 60165

HP: 0852 3036 6088, Fax ; (031) 328 3681

Telp: (031)329 1806,

No. NPWP: 05.128.268.9-605-000

Daftar Lampiran:

1. Midget SUVT X-1, side view, “Killer Whale Bow Shape”…….…1 lembar

2. Midget SUVT X-1, tembus pandang “even sharks envy her”!........ 1 lembar

3. Recommendation letter dari HDW.................................................. 2 lembar

4. Recommendation letter dari Ferrostaal AG........................................1 lembar

5. Curiculum Vitae……………………………………………………11 lembar

6. Giat A: Proses perhitungan dasar teoritis Midget…………………...1 lembar

7. Giat B: Proses uji coba gambar design dan mock up Midget.............1 lembar

8.Giat C: Pengujian dengan model proporsionil dan perhitungan persamaan B =

G serta M = 0……..………………………..…………………….….1 lembar

9. Giat D: Proses pembangunan fisik midget diatas slipway………..….3 lembar

10. Dynamic Control of System Behaviour.............................................1 lembar

11. Daftar karya tulis……………………………………………………7 lembar

Catatan: Guna menghindarkan kesalahan penggunaan, yang memungkinkan terjadinya suatu missdesign yang dapat berakibat fatal, maka Lampiran no.6 s/d 11 ditiadakan, juga data data teknis (skala, dimensi pokok serta power management SUVT) pada Lampiran 1 dan 2 serta pada halaman 23 dihapus. Hal tersebut hanya akan disertakan dalam konsep yang benar benar akan dipergunakan sebagai pegangan dalam pembangunan fisik oleh Galangan Kapal.

tingkap diatas diesel, yang dapat dibuka, sebagaimana tingkap untuk mengeluar kan batere, diatas Ruang Baterte grup I dan Ruang Batere grup II dikapalselam Whiskey Class, guna mengeluarkan motor pokok dan diesel saat harus overhaul. (Referensi: Pengamatan terhadap pembuatan baru kapalselam type U-209/ 1800 ton bagi Angkatan Laut Brasilia, tahun 1980 dan pembuatan kapalselam Israel, type yang sama, delapan peluncur torpedo, 2600 ton, tahun 1997 di HDW, Kiel).

Design yang lain adalah “hull cutting”/ memotong pressure hull pada frame tertentu. Dengan cutting tersebut, waktu overhaul dapat dipersingkat sehingga ting gal sekitar 65% sampai 70% dari waktu yang diperlukan, dibanding dengan bila overhaul dilaksanakan tanpa melalui cutting. Akan tetapi, mereka tetap mengalami prolongation, sebab mereka masih harus mengeluarkan batere satu persatu dari tingkap batere!

Dalam mendesign midget, dengan kerapatan peralatan serta ruang gerak yang jauh amat lebih terbatas lagi, dicoba mengetengahkan konsep hull cutting, dengan jaminan tanpa mengurangi kekuatan konstruksi, ditambah jaminan tidak akan terjadi misalignment saat pengelasan ulang.. Hal ini dilakukan dengan memasang suatu cincin penebal hull skin (empowering ring) dibagian dalam hull, pada posisi ditengah tengah antara frame 17 dan 18. Sehingga, tempat tersebut secara teoritis akan memiliki kekuatan konstruksi yang dua kali lipat dari hull skin pada tempat yang lainnya! Untuk lebih memperkuat lagi, pengelasan akan dilakukan dengan X weld profile, pengelasan dari dua sisi plat bagi plat dengan ketebalan lebih dari 10 mm..( Referensi: “Metallbautechnik Fachbildung”, Armin Steinmuller, Verlag Europa Lehrmittel). Di tempat tersebut, juga sudah dipasang secara tetap, suatu pasangan “fool proof fixture”, peralatan yang akan mencegah terjadinya kekeliruan yang dapat menimbulkan misalignment pada saat penyambu ngan ulang. Dengan dibukanya hull skin ditempat tersebut, maka akses ke bela kang, kearah diesel generator dan motor pokok listrik, serta kedepan, kearah ba tere, dengan membuat design dinding kedap yang dapat dibuka/ accesible bulkhead, diantara tangki dan ruang batere, akan terbuka lebar, sehingga proses overhaul kedua peralatan pokok tersebut akan dapat terlaksana dengan lebih mudah, sekaligus, batere lalu juga dapat diambil (untuk diganti baru) dengan amat jauh lebih cepat, bila dibandingkan dengan harus mengangkat satu persatu melalui hatch/tingkap anjungan. (Referensi: improvisasi dari mengamati dua kapalselam type U-206 German Navy yang dioverhaul di HDW dengan system hull cutting, pada 1986-1987. Empowering ring dan fixed fool proof fixture serta accesible bulkhead, merupakan idea / pemikiran baru, khusus untuk mengantisipasi keterba tasan ruang untuk melaksanakan maintenance dalam midget, terlepas dari apa yang pernah dilakukan oleh HDW).

4.5. Penggunaan kamera digital untuk subtitusi periskop.

Periskop dikapalselam militer merupakan peralatan, yang memungkinkan kita melihat sasaran yang berada diatas air, tanpa kita harus membahayakan diri kita dengan menampakkan diri sendiri.

Prinsip kerja periskop adalah amat sederhana: “menggeser line of sight (garis pandang) secara sejajar” dengan menggunakan prisma ganda. Akan tetapi, untuk memperoleh suatu pandangan yang sebaik mungkin, maka periskop masih diperlengkapi pula dengan beberapa lensa pembesar, dua kali lensa pembalik. Be lum lagi system yang harus kedap, dan diisi dengan gas nitrogen untuk pencegahan pengembunan pada lensa dan prismanya, peredam getaran yang harus mencegah perobahan letak kedudukan prisma dan lensa. Kerumitan peralatan teknis penun jang seperti disebutkan diatas, membuat harga periskop menjadi amat mahal. Periskop termurah dari Sowyet Rusia, type PZKG (Periskop Zenith, navigasi ) ataupun PAKG (Periskop Attak, serang), yang pernah dipergunakan dikapalselam Whiskey Class kita, berharga US$.700.000.00, atau sekitar enam Milyard Rupiah, sedangkan periskop Bar and Strout dari group Pilkington (127 mm diameter tube, CK25/CH74) (Inggris) serta Kollmorgen (model 76) (USA) dan Zeiss type Sero AS40 / BS40 (Jerman) bisa berharga hampir satu koma tujuh bahkan sampai dua kali lipat lebih mahal dari periskop Rusia PZKG tersebut terdahulu.(Referensi: “Jane’s Naval Weapon System”,editor E.R. Hooton, Jane’s Publication)

Untuk itu, dicoba dikembangkan konsep tetap menggunakan prinsip kerja periskop, yaitu “menggeser line of sight (garis pandang) secara sejajar”, hanya saja, kita tidak akan lagi menggunakan peralatan prisma dan lensa serta segala penunjangnya yang serba rumit dan mahal, akan tetapi menggantikannya dengan menggunakan system digital, yang kecuali lebih sederhana, lebih stabil (tidak terpengaruh oleh getaran diesel maupun kemungkinan pengembunan), juga relative amat lebih murah harganya: lengkap dengan engineeringnya, tidak akan sampai sekitar enam-ratus juta Rupiah! Prinsip kerja system digital ini tepat sama dengan prinsip kerja video recorder, yang memiliki lensa dan monitor pada satu body, hanya saja, bedanya, lensa pengamat diletakkan diatas, dipuncak hoistable mast, sedangkan monitornya diletakkan diruangan pengendalian olah gerak kapal.

4.6. Kemungkinan mengikutsertakan sebanyak mungkin badan industri da lam negeri didalam proyek midget/SUVT, peningkatan “local content” semak simal mungkin.

Didalam proses pembuatan midget/SUVT ini , disarankan agar kita dapat mengikutsertakan sebanyak mungkin komponen hasil badan industri dalam negeri .Antara lain yang jelas terlihat dapat diketengahkan saat ini adalah : plat baja dari Krakatau Steel (catatan khusus: midget Jerman tipe Molch, menggunakan pressure hull setebal 3 tiga milimeter, mampu menyelam pada kedalaman empatpuluh meter, dalam praktek dilapangan bahkan mampu menyelam hingga enampuluh meter, referensi: “Marine Klein Kampfmittel”, Harald Fock 62), Diesel penggerak generator dari Bharata / Deutz ( tentu saja dengan perobahan karakteristik PV diagram dan design camshaft yang disesuaikan untuk memper oleh Exhaust back pressure yang tinggi , agar diesel mampu bekerja pada kedalaman snorkel, mohon diperiksa ‘’ Sistem Permesinan Kapal Selam ‘’ , kumpulan ceramah ilmiah dalam rangka Dies Natalis VII Universitas Hang Tuah Surabaya 1994, ceramah tamu di ITS Kelautan ) , generator dan motor listrik pokok dari PINDAD /Siemens dengan karakteristik khusus alternator multi phase yang disearahkan. Sebagai catatan tambahan, penggerak pokok yang dibutuhkan bagi midget cukup sekitar 300 HP (pada CM 1-3 yang menggunakan transfer of power mechanic, power ini mampu mendorong kapal berlayar dengan cepat 14 knot diatas air), dibawah air cukup motor listrik 60 Hp (pada CM 1-3 akan membawa kapal melaju 8 knot), pompa lensen dan pompa pendingin dari STORK pumpen Indonesia. Dengan demikian, maka biaya pembuatan midget/SUVT akan dapat ditekan seekonomis mungkin, tanpa harus mengurangi kwalitas keamanan penyelamannya.

4.7. Pemanfaatan program komputer terapan dan penggunaan model propor sional untuk memperkecil “trial and error” hingga seminimal mungkin.

Disaat ini, telah banyak program komputer terapan yang akan dapat menolong kita melaksanakan design, tanpa harus melakukan penelitian dari dasar. Dalam hal sistem kontrol, misalnya, kita dapat mempergunakan program “Simu link” dan “Matlab” dari The Mathworks Inc. sedangkan untuk perhitungan mate matis murninya, kita dapat menggunakan program “Mathematics” dari Stephen Wolfram. Dalam bidang bangunan kapal, telah tersedia juga program terapan sejenis itu pula, antara lain: program utama Lines Plan, Strength Calculation, Stability, dan program pendukungnya seperti Bonyean Curve, Hidrostatic Curve, dan lain lain.

Dalam hal membutuhkan pengujian, misalnya terhadap ketahanan badan tekan dalam menyelam dalam, kita dapat membuat model proporsional, dan mela kukan pengujian dengan biaya yang relatif lalu menjadi amat murah, dari pada bila harus melakukan pengujian dengan kapal yang sebenarnya, didalam suatu pressure dock, sebagaimana yang dilakukan di HDW. Pengujian proporsionil praktis semacam ini telah pernah dipraktekkan di DEPMESHAR / PT.PAL, saat TNI.AL membutuhkan pertangungan jawab akan kekuatan poros balingbaling salah satu FPB milik TNI. Angk.Laut ( dengan KKM Kapten, saat itu, Tatang) yang mengalami kebengkokan diluar wajar, dan diluruskan dengan suatu proses “cool drop forge”, untuk mencegah terjadinya perobahan terhadap struktur material stainless steel bahan poros tersebut. Pengujian praktis lain yang pernah dilakukan adalah menguji kekuatan cengkeram pemasangan hub balingbaling pada porosnya dengan menggunakan system SKF, pengujian ini bahkan pernah mendapat pujian dari DR.Yamin dari TESCO Marine)

Tangki uji cukup dibuat dengan diameter sebesar tiga meter, panjang menye suaikan panjang model, menggunakan “common commersial pipe”, yang bila di pandang perlu, diperkuat dengan pemasangan frame pada sisi luarnya. Model dibu at sekitar 10% sampai maksimal sebesar 15% dari ukuran midget/SUVT sebenar nya, menjadi 330 centimeter panjang, dan 45 centimeter diameter, diperlengkapi dengan suatu sonde , dimasukkan kedalam test tank dan diberi tekanan. Model juga dapat dibuat dengan design lain, sejauh mampu mewakili persyaratan serta criteria pengujian. Kenaikan tekanan dilakukan secara bertahap, untuk memberi waktu mendengarkan terjadinya “krimpen”. [ Referensi: pengalaman mengikuti kursus dan seminar vibrasi di PAU Dinamika dan Ilmu Rekayasa ITB Bandung, dibawah DR.Ir. Komang Bagiasna]. Proses diikuti secara terus menerus, dengan amat teliti, terutama setelah tekanan mendekati nilai teoritis, dimana model diperhitungkan akan mengalami collapse. Bila model selamat dari nilai collapse teoritis, percobaan dilanjutkan sampai terjadinya collapse sesungguhnya. Keselu- ruhan proses dicatat. Hasil percobaan dianalisa, terutama jarak antara nilai collapse teoritis dan nilai collapse riil, untuk menentukan, apakah model ini dapat dijadikan suatu patokan standard untuk membentuk pressure hull, atau masih perlu perkuatan lagi. Prinsipnya, kita mencari nilai keamanan yang tertinggi, akan tetapi, dengan pendekatan pemanfaatan material yang seekonomis mungkin! Disamping itu, pengujian juga dapat dilakukan secara ilmiah dengan menggunakan program SAP90 (dari CSI, Computer and Structure Inc), suatu program untuk menguji konstruksi statis maupun dinamis, dengan menggunakan finite elemen ( SAP90, the “SHELL” data block, IX-71, periksa juga G.H.Ryder, “ Strength of Materi als”, ELBS and Mac Millan).

Dengan program terapan dan pengujian menggunakan model proporsional tersebut, jelas biaya design akan dapat ditekan menjadi serendah mungkin. Juga kegiatan yang didasari oleh “trial and error”, yang disamping menghabiskan wak tu juga pasti akan menghamburkan biaya yang tinggi, akan dapat dieliminir hingga sekecil mungkin.

4.8. Dimensi pokok midget/ SUVT (Special Underwater Vehicle for Touring).

UData data pokok midget/SUVT tersebut adalah sebagai berikut:

· Panjang: 24,00 meter (Killer Whale Bow Shape).

· Dia. Presshull: 3,5 meter, tebal 5 s/d max 10 mm, bahan baja lokal (code bangunan SUVT X-1). dengan bentuk: semi teardrop type ****, single hull***** (with/ without sadle tanks).

· Kaca jendela: acrylic 10 mm

· Dalam selam aman: s/d 80 meter, collapse depth 120 meter.

· Draft : 2,6 meter

· Displacement: atas air 170 ton, menyelam 212 ton

· Atas air, Radius / Cepat : 1200 mil / 8 knot, max 12 knot

· Bawah air, Radius / Cepat : indescration rate * 160 mil / 4 knot, max 8 knot dalam satu jam.

· Endurance **: 6 minggu.

· Awak kapal : tujuh orang ( 1 Komandan, 1 KKM, 1 dokter, 2 anggauta mesin/listrik, 2 pramugari wisata, dan penumpang / wisatawan: 20 (dua puluh) orang.

· Pendorongan : 2 diesel.gen X 150 KW Deutz Bharata, motor listrik 1 X 220 KW DC, Siemens PINDAD, batere satu grup berisi 110 sel 220 volt DC Yuasa type CS 2400, bahan bakar 10 ton.

· Transfer of Power ***: Electric.

· Propeller: single screw high efficiency.

· Catatan 1. indescretion rate adalah suatu jarak terjauh/waktu terlama bagi suatu kapalselam/midget dapat berlayar dibawah air tanpa melaksanakan pengisian batere.

· Catatan 2: endurance adalah ketahanan suatu kapal (secara umum) untuk melaut, dengan memberikan pada awak kapalnya suatu kehidupan yang wajar. Berlainan dengan performance, yang lebih berkaitan dengan kemampuan teknis, endurance berkaitan dengan hal hal yang lebih manusiawi: persediaan bahan makanan, air tawar,kenyamanan berlayar dll.

· Catatan 3: transfer of power adalah cara untuk meneruskan power dari prime mover kepropeller. Dengan transfer of power mechanic, putaran diesel pokok diteruskan kepropeller melalui serangkaian kopling, sebagaimana yang terjadi di kapalselam Whiskey class ex Sowyet yang kita miliki dulu.Dengan transfer of power electric, putaran diesel memutar generator, listrik yang timbul dimasukkan kebatere, baru kemudian dipergunakan untuk memutar motor listrik pokok. Putaran motor listrik pokok baru akan diteruskan kepropeller. Sistem terakhir ini dipergunakan pada kapalselam kita U-209 ex Jerman.

Masing masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan, khususnya pada transfer of power mechanic, kerugian rendemen mekanik jauh lebih tinggi daripada kerugian pada sistem yang lain, akan tetapi memiliki keuntungan lain, dalam segi volume yang dibutuhkan, sistem ini lebih unggul, sebab generator (PG 101) untuk pengisian batere, pada saat kapal menyelam, dapat dipergunakan sebagai motor listrik pokok! Sistem poros menjadi agak lebih rumit.

· Catatan 4: Midget SUVT akan menggunakan bentuk badan luar yang “semi teardrop type”, agar dapat memanfaatkan “paradox hidrodinamik”, dimana tenaga yang dibutuhkan untuk menyibakkan air dihaluan suatu benda yang stream line simetris, yang bergerak didalam air pada kedalaman tertentu, akan timbul kembali dan merupakan tenaga pendorong diburitan, saat sibakan air kembali menyatu. [ Mohon disimak ulang” Mengapa teardrop type submarine dapat berlayar lebih cepat dibawah air pada saat menyelam”, Ghora Wira Madya Jala, majalah resmi Armada R.I. terbitan sekitar tahun 1982.]

· Catatan 5: Kapalselam, dalam hal design, memiliki dua konsep, single hull, atau double hull.(Periksa gambar contoh kapalselam pada folder design). Whiskey class misalnya, adalah kapal dengan design double hull. Sedangkan U-209 / dhi CKA/401, menggunakan design single hull. Diantara keduanya, terdapat design “sadle tank”.

4.9. Peralatan elektronika penunjang navigasi.

Dalam operasinya, midget/SUVT diperlengkapi pula dengan peralatan elektronika, yang diperlukan untuk menunjang navigasinya, antara lain:

· Sonar: LEN Indonesia (DUUX, Perancis atau STN KAE DBQS-40,

FAS-3 Flank, TAS-3 Clip, STN Atlas MoA 3070, Jerman)

· Radar: LEN Indonesia

· Komunikasi: LEN Indonesia

· Girokompas & Auto pilot: Anschutz S-4

· Steeringstand & Depth Automatic: LEN Indonesia (Salzgitter

Elektronik, Tuschka) bila diperlukan saja.

· Echolood:LEN Indonesia (Allied Signal, ELAC Nautic VE 95)

Echosounder DBQN-11 + SVT & CTD sonde)

· Speedlog: LEN Indonesia (SAL log S-5)

· Periskop: buatan sendiri (LIN), optronics.

· Hoistable mast: combined non hull penetrating hoisted mast, design nasio nal, yang membawa radar, optronic, antenna komunikasi, GPS

4.10. Peralatan Bantu penunjang operasi pada midget/SUVT.

Pengoperasian midget/SUVT tidak berbeda jauh dengan pengoperasian kapalselam pada umumnya, memerlukan dukungan peralatan Bantu yang dibutuhkan untuk menunjang operasinya, yang terdiri antara lain dari:

system pendingin pokok, menjamin peralatan permesian dan pembangkit tenaga tidak mengalami overheating.

system pengeringan pokok, menjamin kapal dapat mengatasi semua masalah pembuangan/lensen air yang tidak dipergunakan keluar dari dalam ruangan kapal, air dari kebocoran sistem, masuknya air kedalam ruang didalam mid get/SUVT.

system trim, menjamin agar kapal berlayar dalam kondisi seimbang horizontal.

system UTT, penghembusan darurat.menjamin agar kapal dapat timbul kembali setelah selesai dari tuga spenyelamannya.

system selam timbul, menjamin agar kapal dapat menyelam, dan juga dapat timbul kenmbali.

system jala listrik pokok dan pesawat Bantu, menjamin tersedianya aliran listrik dari batere yang dipergunakan untuk menggerakkan motorlistrik pokok, pesawat Bantu/auxiliary engine, pengisisan batere dari generator, dan penerangan,

System elektronika navigasi dan komunikasi serta sensor, menjamin dapat terlaksana tugas manuvra navigasi dengan aman.

System pendorongan, menjamin agar kapal dapat berlayar diatas air maupun dibawah air dengan baik.

Sistem kemudi, yang terdiri dari KV (Kemudi Vertikal), KHD (Kemudi Hotisontal Depan) dan KHB (Kemudi Horisontal Belakang), yang diperlukan untuk dapat mengendalikan midget dalam arah kiri kanan dan keatas serta kebawah.

4.11. Peralatan Bantu penunjang akomodasi penumpang pada midget/SUVT.

Disamping peralatan Bantu penunjang operasi, engine auxiliary, yang lebih mengarah pada performance teknis, untuk menunjang dan menjamin kenyamanan para wisatawan penumpang midget/SUVT, wahana ini diperlengkapi dengan peralatan Bantu penunjang akomodasi sebagai berikut:

Air Conditioning, menjamin kenyamanan ruang tinggal dimidget/SUVT.

system oksigen, menjamin konsentrasi oksigen senantiasa tetap diatas 20%.

system penyerap CO2, menjamin agar konsentrasi CO2 ditekan serendah mungkin.

system ventilasi ruangan, menjamin sirkulasi udara diruang akomodasi berlangsung sesuai persyaratan kesehatan.

system air tawar, menjamin tersedianya cukup airtawar sesuai kebutuhan ba gi washtafel, WC, kamarmandi/shower, dapur.

Sistem air kotor, yang menampung pembuangan limbah air kotor yang berasal dari system air tawar.

Pantry, menjamin tersedianya makanan./minuman panas bagi para penum pang.

Kantin/beverages dan Restoran ringan/snack, instant food, menjamin terse dianya kebutuhan makanan ringan dan camilan serta minuman bagi para penumpang, diluar yang disediakan oleh managemen kapal.

Ruang pendingin bahan makanan, menjamin tersediannya cukup cadangan bahan makanan (sayur, daging, telur, ikan dll) segar untuk menopang kebutuhan pantry melayani para penumpang.

Ruang pemeriksaan dokter darurat, menjamin adanya pertolongan pertama bagi para penumpang yang kebetulan mengalami gangguan kesehatan saat berada didalam midget/SUVT

4.10. Jenis jenis Peralatan keselamatan dalam kapal selam militer, guna meng hadapi kedaruratan dilaut ( yang juga lalu dapat dipasang pada midget / SU VT, bila dipandang diperlukan).

Midget, yang merupakan subtitusi penuh dari suatu Kapalselam, sesuai dengan induknya, merupakan satu satunya kapal dalam lingkungan militer, yang didesign khusus agar dapat beroperasi sendiri secara soliter. Untuk itu, kapalselam biasanya diperlengkapi dengan segala macam peralatan tempur, senjata dan juga peralatan penyelamatan bagi dirinya sendiri, agar tidak tergantung pada pertolongan kapal lain pada saat harus melaksanakan tugasnya dimedan pertempurannya yang amat unik, dikedalamam laut dibawah air dan biasanya jauh menembus daerah yang dikuasai lawan. Peralatan penyelamatan yang biasanya terdapat disuatu kapalselam antara lain adalah:

U4.11.A. Peralatan penyelamatan yang berada didalam kapalselam, dan dapat dioperasikan oleh awak kapal sendiri.

4.11.A.1. Tubus penyelamat ( Rettungsschleuze)

Tubus penyelamat merupakan suatu tabung karet rapat kedap yang dapat digulung, biasa ditempatkan dipintu keluar kapalselam. Pada Whiskey Class hal ini dapat diamati diempat tempat, yaitu dipintu masuk ruang torpedo depan, disentral / ruang tiga, dianjungan komando / bilik tempur/ rubka, dan dipintu masuk keruang tujuh diruang torpedo belakang.Apabila kapal mengalami kedaruratan yang tidak dapat diatasi lagi, maka diberikan aba aba peran peninggalan kapal. Kapal dibawa naik sedekat mungkin kepermukaan air, dan bersamaan dengan itu diadakan persiapan penyelamatan sebagai berikut: tubus diturunkan dan kapal digenangi sampai sekitar sepuluh centimeter diatas bibir bawah tubus, tekanan udara didalam kapal disamakan dengan tekanan airlaut luar. Setelah tekanan sama, penggenangan diteruskan, sambil memompa keluar air dari tangki tangki pengatur untuk menjaga kesetimbangan Buoyancy = Gravity kapal. Air diluar tubus akan tetap setinggi sepuluh sentimeter dari bibir bawah tubus, sedang didalam tubus, air akan naik sampai kepintu atas. Dengan aba aba komandan kapal, peran peninggalan dilaksanakan, awak kapal satu persatu menghirup udara sedalam dalamnya, masuk kekolom air didalam tubus, naik kepintu atas dan membuka pintu lalu mengapungkan diri kepermukaan sambil senantiasa menghembuskan nafas sekuat kuatnya (karena itu, di Angkatan Laut Inggris, system ini disebut dengan nama “hoo hoo escape system”, sesuai dengan bunyi nafas yang dihembuskan), untuk mengeluarkan udara bertekanan tinggi didalam paruparunya, yang dihisapnya diruang kapal sebelum masuk ketubus. Tindakan ini dilakukan guna menghindari penyakit barotrauma paruparu ( Referensi: Pelatihan penyelamatan diri dari kedalaman 32 meter di Tieftauchtopf ULG II Unterseebootlehrgruppe zwei, rettungsschule / Tangki Penyelaman Dalam, Sekolah Kapal Selam Dua Angkatan Laut Jerman di Neustadt pada tahun 1979.) Tindakan yang diuraikan diatas harus rettungskugel HDWdilaksanakan dengan tertib tetapi amat cepat, seluruh awak kapal hanya mempunyai waktu sekitar tujuh menit untuk meninggalkan kapal yang secara perlahan tapi pasti akan menuju kekedalaman yang lebih besar karena pertam bahan berat kapal sebesar dua ton air yang dimasukkan kedalam ka pal dan mengisi tubus, juga walau pun pompa pengeringan pokok 6 MWx2 telah dijalankan terus me nerus untuk mengurangi air isian tangki pengatur.

4.11.A.2. Rettungskugel ( Bola penyelamat)

Kapalselam terbaru buatan HDW, dimulai dengan type U- 209 / 1800 yang dipesan oleh Angkatan Laut India pada sekitar tahun 1986, dilengkapi dengan Rettungskugel, suatu konstruksi berbentuk bola yang didesign sedemikian rupa sehingga dapat memuat keseluruhan awak kapal untuk menyelamatkan diri. Pada aba aba peran peninggalan, maka seluruh awak harus bergegas masuk kedalam bola penyelamat. Posisi awak didalam bola penyelamat tersebut sudah dapat dipastikan akan sama sekali tidak nyaman, akan tetapi, keadaan ini hanya berlangsung selama lebih kurang sepuluh menit paling lama, begitu dilepaskan dari pengaitnya, bola penyelamat akan muncul dengan amat cepat kepermukaan air, kedalaman enamratus meter akan dilampaui dalam waktu tidak sampai sepuluh menit. Tidak diperoleh keterangan apakah awak kapal akan mengalami depresi karena pengaruh gaya G yang bekerja pada saluran pembuluh darahnya, akan tetapi, sekurang kurangnya mereka akan terhindar dari kematian secara perlahan karena kehabisan zat asam. ( Referen si: Penugasan dalam SATGAS Over haul KRI Cakra 401 di HDW Kiel, 1986-1987)

4.11.A.3. Hidrasin gas generator.

gabler 112-121 hydrazine gas generator Bila pada beberapa point diatas, yang dibahas adalah penyelamatan awak kapalnya secara orang per orang, maka generator gas hidrasin akan menyelamatkan kapal secara keselu ruhan dari bahaya tenggelam kekeda laman yang tak terhingga dan menga lami kehancuran didalam collapse depth. Dikapalselam type U-206 German Navy, generator gas hidrasin biasanya diletakkan di Tauchzelle ( Main Ballast Tank, Tangki Pemberat Pokok) nomor enam yang terletak di depan kapal. Pada saat kapal karena satu dan lain hal jatuh kekedalaman yang membahayakan keselamatan kapal, maka secara otomatis, gene rator gas hidrasin akan bekerja me nimbulkan gas dalam volume yang cukup banyak untuk mengisi TPP de pan dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan air laut dikedalaman ter sebut. Air yang berada di TPP depan akan terhembus keluar, hal ini akan menimbulkan trim/ angguk kebela kang yang amat besar, serta sekaligus memberikan daya apung positif yang akan mampu mengangkat kapal kepermu kaan. Kapal akan melaju kepermukaan dengan amat cepat, meloncat dipermukaan air untuk kemudian akan menyelam kembali kekedalaman sekitar tigapuluh meter, setelah itu baru akan mengalami proses oskilasi teredam dengan mengapung statis dipermukaan. Dapat dipastikan, bahwa berada dikapal yang mengalami naik kepermukaan karena pengaruh gas hidrasin akan amat tidak menyenangkan.Tetapi, betapapun, hal ini akan menyelamatkan baik awak kapal maupun kapalnya sendiri.

3.8.A.3. Penyelamatan kapal dari bahaya jatuh kekedalaman tak terhingga dengan menghembus Posi tive Buoyancy Blowing Tank.

Dikapalselam juga didapati suatu tangki yang disebut dengan Druckzelle (Positive Buoyancy Blowing Tank), suatu tangki yang berisi beberapa ton air ballast, dengan tekanan udara sebesar yang dibutuhkan untuk mengatasi bahaya kejatuhan kekedalaman. Dalam hal kapalselam, karena satu dan lain hal jatuh tidak terkendalikan kekedalaman tak terhingga, maka diberikan aba aba untuk menuju kepermukaan dengan cepat, dengan kemudi horizontal depan belakang pada kedudukan timbuil penuh, dan motor listrik pokok maju penuh, serta sekaligus diberikan perintah menghembus druckzelle. Tangki druckzelle (Positi ve buoyancy blowing tank) yang berisi sekitar duabelas ton air ballast statis dan udara bertekanan sebesar 60 bar diatas permukaan air ditangki tersebut, cukup untuk mengatasi kedalaman air pada 600 meter. Dengan dibukanya katub pembuangan Tangki Tahan Tekanan tersebut, air akan secara otomatis ditekan oleh tekanan udara diatasnya, dan terhembus keluar sehingga kapal akan memperoleh tambahan daya apung positif statis sebesar duabelas ton.

Catatan khusus: PBBT (Positive Buoyancy Blowing Tank) ini fungsinya Umerupakan kebalikanU dari Tangki Penyelam Cepat (pada kapalselam ex Rusia seperti Whiskey class), atau Negative Flooding Tank (kapalselam ex Amerika seperti Tang dan Wahoo class), yang merupakan suatu tangki kosong, dengan volume sekitar sebelas ton, terletak agak sedikit kearah depan dari titik berat kapal. Tangki ini diisi dengan air pada aba aba “menyelam cepat”. Pertambahan berat sebelas ton akan membuat kapal seketika kehilangan daya apung positifnya, dan letaknya didepan titik berat kapal akan membuat kapal langsung mengalami trim kedepan sebesar duapuluh Deradjat, sehingga kapalselam akan dengan cepat menyelam menuju kekedalaman sekitar enampuluh meter dalam waktu hanya duapuluh detik. Perlu diperhatikan, bahwa sesaat setelah kapal mulai masuk kekedalaman, maka TPT (NFT) harus segera dihembus keluar, agar kapal tidak overshoot, dan jatuh terus kekedalaman tidak terhingga.(Referensi: penugasan selama belasan tahun dilingkungan kapalselam mulai Whiskey Class ex Rusia sampai U-209 ex Jerman)

U4.11.B. Peralatan penyelamatan yang penggunaannya memerlukan bantuan dari awak kapal penolong.

4.11.B.1. Bui Darurat / Emergency buoy

Pada hampir semua kapal selam buatan Rusia, antara lain Whiskey Class yang pernah kita miliki, terdapat sepasang buoy darurat yang diletakkan satu diha luan, didepan pintu ruang satu, dan satu lagi diburitan dibelakang pintu ruang tujuh. Dalam hal kapal mengalami kedaruratan diperairan sendiri, buoy darurat yang dicat dengan warna belang merah dan putih ini dilepaskan dari kaitnya yang mengikatnya kebadan kapal. Buoy akan mengapung kepermukaan air, dan secara otomatis akan memancarkan code tertentu kemarkas Satuan Kapal selam, untuk memberikan berita kedaruratan ini. Berita kedaruratan ini akan dilengkapi dengan posisi terakhir kapal, untuk memudahkan kapal penolong mencari posisi mereka. Dibagian atas buoy terdapat tingkap rapat kedap yang dapat dengan mudah dibuka, dan didalamnya terdapat telepon yang akan dapat dipergunakan untuk berkomu nikasi dengan awak kapal penolong yang datang dan akan menolong mereka, sehingga akan dapat diketahui pertolongan apa yang paling dibutuhkan oleh awak kapal yang naas tersebut, apakah sekedar supply oksigen, atau sampai ke UTT ( Udara Tekanan Tinggi) yang akan diperlukan untuk menghembus TPP kapal. Teknologi yang lebih modern lagi, menyempurnakan buoy ini menjadi peralatan yang lebih khusus: “communication buoy”, antara lain jenis Sippican XSTAT atau BRT-1 dari US Navy, yang dilepaskan dari anjungan kapal yang sedang menyelam dikedalaman operasinya, terhubung dengan kabel komunikasi keruang radio kapal, untuk berkomunikasi dengan menggunakan pancaran radio / gelombang elektromagnetik. Dalam situasi perang, apabila kapal merasa terdeteksi oleh lawan, buoy ini akan dilepas dan ditinggalkan untuk menyelamatkan diri, menyelam kekedalaman yang lebih aman.

4.11.B.2. Evron.

Untuk mempermudah kapal penolong menolong kapalselam yang mengalami kedaruratan dibawah air, kapal selam memiliki suatu set peralatan katup dan pipa yang digabung didalam satu kelompok yang disebut “evron” dan diberi tanda huruf Rusia “ Э ”. Pada evron ini terdapat pipa saluran pemberian udara bersih, pipa saluran ventilasi udara kotor, dan juga pipa saluran UTT (Udara Tekanan Tinggi), bila diperlukan untuk menghembus TPP karena UTT kapal yang naas tersebut sudah habis. Kapal selam type U-209 / 1300 yang kita milikipun mempunyai peralatan sejenis ini. . Pada beberapa kapal selam nonkonvensionil modern yang telah bertenaga nuklir, milik Angkatan Laut Rusia, antara lain type Typhoon, Victor dan Yankee Class, keberadaan buoy darurat maupun evron ini masih dapat teramati dengan amat jelas. ( Referensi: David Miller, John Jordan, “ Moderne Unterseeboote”, Verlag Stocker Schmidt, Motorbuch Verlag, Stuttgart).

(Catatan: Bagian tulisan tentang peralatan keselamatan didalam Kapal Selam diatas ini sebagian besar diambil dari tulisan Kolonel Ir.Dradjat Budiyanto: “Apa yang sebenarnya terjadi pada kapalselam Kursk didasar Laut Berring?”, di “Yalesveva Jayamahe”, Majalah resmi DISLITBANGAL edisi………………)

5. PERHITUNGAN EKONOMIS dalam KONSEP MIDGET/SUVT.

5.1. Perkiraan kebutuhan dana (untuk kegiatan pembuatan prototype, sebagai ujicoba feasibility, suitability serta acceptability konsep dan sekaligus uji coba kemampuan teknis riil Galangan Kapal) dalam UribuanU Rupiah.

Catatan: Semua kegiatan yang disebutkan dititik 5(lima) disini diperjelas dengan suatu flowchart, terlampir!

5.1.1. Giat A: Proses perhitungan dasar teoritis midget

a. (Diusahakan memanfaatkan fasilitas komputasi dilingkungan komunitas LHI/BPPH-BPPT, dgn pengarahan dari konsultan teknis)…. ...Rp. 750.000.- (periksa Lampiran 7B dihalaman 39)

b. biaya research, pretest, administrasi managemen bagi konsultan / design ner, 24 bulan:……………………………………………………Rp.480.000.-

5.1.2. Giat B: Proses uji coba gambar rancang bangun dan mock up midget

a. gambar dan pengujian dlm Autocad………………………Rp. 200.000.-

(Diusahakan memanfaatkan fasilitas dilingkungan komunitas teknis LHI /

BPPH-BPPT), dengan pengarahan dari konsultan teknis)

b.Mockup midget skala 1:1, dari kayu (D3 Polyteknik ITS, bapak Ir.

Langgeng Condro HP: 08123240720 atau LHI…… …… Rp.200.000.-

5.1.3. Giat C: Pengujian dengan model proporsionil:

a. pembuatan test tank diameter 400 cm panjang 400 cm, ketebalan plat 10 mm, dengan gading gading penguat pada sisi luarnya…………Rp. 600.000.-

b. pembuatan model dgn ketebalan presshull proporsionil, baja:

………………………………………………………………Rp. 350.000.-

c. pembuatan model dgn ketebalan presshull proporsionil, acrylic/plexiglass:

………………………………………………………………Rp.350.000.-

c. perhitungan computerisasi hasil test…………………… .Rp. 100.000.-

5.1. 4. Giat D: Proses pembangunan fisik midget diatas slipway.

Ua. Pembentukan pressure hullU 24 meter panjang, dia. 350 cm, raw mate rial dari plat baja 10 mm diroll (hull 44 ton, frame 3 ton) = 47 ton baja plus biaya konstruksinya…,,,,……….....................................Rp.2.250.000.-

Pembuatan setengah bola haluan dan kerucut buritan, Biaya jasa roll, las dll 80% …………………………...………………Rp. 560.000.-

Ub. pengadaan komponen system pendorongan, plus biaya fittings:

b1.2 x 75 PK MWM Deutz, gen. Leroy Summer, rectifier set (Perintis Ph (031) 8706769)...……………… ……………………………Rp.660.000.-

b2.Motor listrik pokok 200 PK, DC, Siemens PINDAD…….Rp.800.000.-

b3. batere (menggunakan batere Yuasa , 120 sel, 2 volt / sel, 2400 AH, perkiraan @ Rp.10 juta.-), Jatim Tiga Manunggal (031) 7492624 Krisno, Rini batere industri………………….. ………………………Rp.1.500.000.-

b4. propeller 4 blade, 157 cm profile turbin, TESCO Marine DR.Yamin (200 juta), system poros (sekitar 300 juta) total..………………….Rp.500.000.-

b5. snorkel, fixed mast, sebagai bagian dari anjungan………Rp. 350.000.-

b6.papan pembagi pokok & system listrik, pejalan motor pokok, pejalan pesawat Bantu………………….…………………………….Rp. 500.000.-

` Uc.pengadaan peralatan auxiliary engine, plus biaya fittings:

c1..Kompresor UTT( Bpk Supi’I, 08123172315, Chief Prod EngPT

Fajar Mas Murni, Ingersoll Rand type 15T4 X B15 / 245, complete with after cooler, 0,54m3/minute, 1460X1035X1150.)……………Rp.938.000.-

c2..Pompa hidrolik piston A37 dan power cylinder(Bondioli),, hand

valve (Oil Pad), (tiga set) Ph (031) 849 9703 Samudra Teknindo Hydra matic……………………………….……………………………..Rp.1.500.000.-

c3.Kompresor dan Sistem AC (non milspec).. … ………...Rp. 750.000.-

c4.pompa pengeringan dan system…………………….....…. Rp. 800.000.-

Ud. alat navigasi, sensor, komunikasi non milspec dan pemasangannya:

d1.radar dan komunikasi saja.(HOSION, Ph (021) 42885470..Rp.1.000.000.-

d2. periskop, dibuat sendiri di LEN,LIN (pengalaman mengikuti seminar selaku penyaji aktif di LIPI)……………………………… …Rp. 479.000.-

d3. giro kompas . PT. HOSION, Ph (021) 4288 5470………..Rp. 300.000.-

Ue. peralatan bahariU (kemudi vertical, horizontal depan belakang, peralatan sandar dan labuh, anjungan dan casing)…….Rp. 1.529.000.-

Uf. tangki dan system Bantu, plus biaya konstruksinya:

f1.system bahan bakar, separator statis……… ……………..Rp. 300.000.-

f2.system air tawar………………….…….………………....Rp. 250.000.-

f3.pompa pendingin pokok dan system……………………..Rp. 400.000.-

f4.system saniter / air kotor…….…………...………………Rp. 225.000.-

f5.system minyak lincir……………………………………..Rp. 325.000.-

f6.sistem tangki trim, tangki pengatur, positive buoyancy…Rp. 375.000.-

f7.sistem ventilasi…………………………..………………Rp. 525.000.-

f8. system main ballast tank………………………….............Rp. 700.000.-

5.1.5. perlengkapan akomodasi ruang penumpang…………….Rp.600.000.-

5.1.5. Biaya pembuatan manual/petunjuk pengoperasian dan dokumen teknis ……………………………………………………………………..Rp.500. 000.-

5.1.6. Biaya pelaksanaan komponen test, pier test, sea acceptance test, static and dynamic diving test (termasuk kapal pengawas)…………...Rp. 4.000.000.-

Total perkiraan biaya pembangunan midget hingga siap apung, siap berlayar /manuvra atas air dan bawah air, siap navigasi/komunikasi, siap selam (kedalaman snorkel)………….…………...……………………Rp.22.426.000.- (sekitar duapuluh satu milyard Rupiah).

5.1.7. Perkiraan biaya tidak terduga sebagai cadangan darurat ( 12 % dari total biaya terperhitungkan)……………………………… …... Rp. 2.450.000.-

----------------------------------------------------------------------------------------------------

5.1.7. Total biaya pembuatan teknis midget SUVT:…………...Rp. 24.688.000.-

5.1.8 Royalty (14%) untuk designer dan fee (4%) consultant dari total biaya pembangunan (sesuai dengan Peraturan Pemerintah), fee test pilot/diving offi cer 5%, cost and marketing fee (5% +5%), total 33%, dikurangi giat (A),(B), (C) yang menjadi tanggungan designer…………………....Rp.2.648.000.000.-

5.1.12. Grand total biaya pembuatan midget / SUVT…....…Rp.27.336.240.000.-

5.1.13. Perkiraan ijin pembangunan (BAIS, HANKAM), ijin operasi

(DIRJENPERLA),sertifikasi kelaikan kapal (Satlaikmatkap TNI.AL)…

………………………………………………………….Rp. 3.000.000.-

5.1.14. Total dana yang dibutuhkan ………………Rp.30.336.240.000.-

(tigapuluh milyard, tigaratus tigapuluhenam juta, duaratus empat puluh ribu rupiah) sesuai perhitungan dgn file type EXCEL” estimated cost calculation, project SUVT 12/27/2008.”

Catatan 1: untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada pasar Luar Negeri, menghindarkan diri dari segala macam embargo dan intrik politik lainnya, diusa hakan agar semua komponen peralatan dapat diperoleh dari produsen Dalam Negeri, dengan penyesuaian technical specification yang ditingkatkan sesuai kebutuhan penggunaan dalam midget. Pembuatan peralatan dan peningkatan spesifikasi teknis (yang belum pernah dilakukan di Dalam Negeri, seperti pembuatan periskop, pemasangan foolproof fixture untuk mempersiapkan pressure hull yang dapat dipotong saat overhaul, pemasangan tingkap pemasuk an/pengeluaran batere, pemasangan accessible bulkhead, pemasangan tingkap untuk pengeluatan peralatan utama midget saat overhaul, pembuatan ruang penyelam, pembuatan pintu tingkap kedap, generator multiphase, diesel dgn high exhaust gas back pressure, snorkel non hull penetrating, folding type atau fixed mast system, tangki bahan bakar bertekanan, coupling, transfer of power electric maupun mechanic, torroidal maupun seamless tube hull, hydraulic power cylinder dll ), dalam usaha untuk menekan biaya sehingga seminimal mungkin, akan tetapi, dengan tetap memenuhi model fungsionil, ( periksa ANGS Decision Model), akan dibimbing langsung oleh designer / konsultan teknis, berdasarkan pengalaman dilapangan terdahulu ( periksa curriculum vitae, khususnya recom mendation letter dari HDW) (Periksa juga titik 4 pada konsep: analisa banding melalui simulasi model )

Catatan 2: Sekedar sebagai bahan pembanding harga, perlu diketahui, bahwa harga sebuah trawler / kapal ikan sederhana buatan PT.PAL, berharga sekitar UD$. 3. 250. .000.- atau 32,5 Milyard Rupiah. (Referensi: Suleman Wiriadidjaja, Ketua Umum HATMI, Jawa Pos, rubric Ekonomi/Maritim, Rabu 21 April 1999). Sebuah kapalselam/midget dengan tonnage yang sama dengan kapal ikan ini, sekitar 200 ton, apabila peralatan didalamnya digelar, biaya pengadaan peralatan tersebut akan cukup untuk memperlengkapi tiga kapal ikan! Dari sini dapat diper kirakan, Ubahwa tanpa adanya usaha untuk menekan biaya seefisien mungkinU, maka harga sebuah midget/SUVT akan berada dalam kisaran antara Rp.96 .000.000.000.- (sembilan puluh enam milyard Rupiah)!

5.2. Perkiraan pemasukan pendapatan (expected value) dari pengoperasian midget, dan waktu BEP.

Data analogi: Dari pengamatan harga karcis untuk mengikuti pelayaran singkat (sekitar satu jam) dengan menggunakan kapalselam yang berdinding kaca, di Benoa. Bali, didapatkan harga US$.100.00 setiap orang.

Cash in: Bila midget mampu memuat 20 (dua puluh orang), dan dalam sehari mampu beroperasi tiga kali @ satu jam, maka pendapatan perhari akan mencapai 20 orang X US$. 100.00 X 3 trip = US$.6.000.00 yang bila dinilai dengan kurs US$.1.00 = Rp. 10.000.- (hanya untuk memudahkan perhitungan saja), akan diperoleh Rp.60.000.000.- atau enam puluh juta Rupiah.

Catatan: peningkatan jumlah pendapatan dapat dilakukan dengan mengoperasi

kan midget siang dan malam (dimana siang maupun malam dibawah air

tidak memiliki perbedaan pandang yang signifikan, mengingat dalam kedua situasi tersebut, observasi terhadap obyek wisata tetap akan membutuhkan bantuan sorotan cahaya lampu zoeklight), dan/atau kemungkinan memper besar jumlah penumpang midget, dengan memperpanjang design awal, atau mengurangi jumlah crew.

Cash out operational: Bila diperkirakan bahwa biaya operasi (logistic teknis: bahan bakar, minyak lincir, hidrolik, air tawar, dan logistic personil: bahan makanan, air minum, sayuran, P&D, gaji awak kapal dll ) akan menghabiskan maksimal sekitar 10 % dari pendapatan, menjadi sebesar Rp. 6 juta per hari (Ir. Dradjat Budiyanto, dalam Disertasi Doktorate, U“BASIC CONCEPT FOR THE DEVELOPMENT OF THE INDONESIA ECONOMIC PLATFORM TO CON FRONT AGAINST THE MULTI DIMENSIONAL CRISIS AND THE IN CM ING ERA OF GLOBALIZATION”U pernah dihitung juga hanya sebesar 0, 30 0/00 dari harga kapal, sekitar Rp.6.000.000.-saja), dan pajak penghasilan sebesar 15 % menjadi Rp.9 juta, biaya port administration (sandar, kapal tunda, pandu dll) sekitar Rp. 2 juta, maka akan didapat suatu pendapatan bersih perhari sebesar [Rp.60 juta – (Rp.6 juta + Rp. 9 Juta + Rp.2 Juta )] = Rp. 43 juta.

Cash out maintenance: dengan harga pembangunan midget sekitar US$.3.000.000.- atau sekitar Rp.33 Milyard, diperkirakan biaya pemeliharaan tahunannya pertahun sekitar 1,5 % dari harga pembangunan (tahun pertama hingga tahun keempat) total akan mencapai sekitar ( 0,45 Milyard X 4) = Rp. 1,8 Milyard, sedangkan biaya pemeliharaan besar limatahunannya akan mencapai 10% s/d 15% dari harga pembangunan, yaitu Rp.3 Milyard .

Net income: dengan nilai tersebut, yang harus dikeluarkan, maka dapat dihitung, bahwa keuntungan bersih pengoperasian midget dalam kurun waktu lima tahun adalah (catatan: setiap tahunnya akan ada down time/ maintenance window untuk pemeliharaan sekitar 20 hari):

{[5 tahun X (360 – 20) hari operasi X Rp.43 juta ] – [ 4 tahun X Rp. 0,3 Milyard + Rp.2 Milyard]} = {Rp 73,1 Milyard – Rp 4,8 Milyard.} = Rp. 68, 044 Milyard.

Break Even Point / Titik Impas Balik: Dengan harga pembangunan mid get diperkirakan sebesar Rp.34 Milyard, maka BEP (break event point) pembangu nan midget akan tercapai hanya dalam waktu: (34 : 68,044 ) X 5 tahun = sekitar 30 bulan saja, atau 2 tahun 6 bulan!

2. SARANA/PRASARANA PENUNJANG LAIN YANG DIPANDANG PERLU UNTUK DISIAPKAN.

Didalam mengoperasikan midget/SUVT sudah ada, dipandang perlu untuk lebih menajamkan fungsi sarana/prasarana managemen operasi yang sudah ada, maupun membentuk baru sarana/prasarana yang belum ada, antara lain:

· System pengendalian operasi: peta perjalanan agar beberapa midget/SUVT yang dioperasikan oleh managemen terhindar dari bahaya saling bertubruk an, jadwal keberangkatan/tiba kembali, komunikasi rutine, lintasan kapal lain, pengaturan/pembagian daerah antara daerah penyelam (scuba divers area) dan daerah lintasan SUVT, aturan keselamatan termasuk procedure menghadapi kedaruratan dilaut, kapal penolong, sosialisasi Peraturan Pelanggaran dilaut dll.

· System logistic penunjang: dermaga sandar, fender, tug boat, bengkel khusus perawatan SUVT,dll, gedung punggahan awak kapal/mess, mobil tangki bahan bakar, dll.

· Pemasaran wisata “Taman Laut” secara terpadu: kemungkinan memadukan penawaran wisata lengkap, dan menawarkannya melalui segala macam media, termasuk melalui internet: video klip tentang Taman Laut setempat dengan segala kelebihannya, jaringan transportasi (udara, darat, laut) menuju ke dan kembali dari daerah wisata, mulai dari ticket datang /kembali, hotel/penginapan, restoran, homestay, wisata “Taman Laut” dengan menggunakan midget/SUVT, souvenirs, booklets/leaflets, fasilitas sauna/message, kolam renang, area berenang dilaut yang aman, penjaga keselamatan penyelaman (diving master) maupun keselamatan pantai /Bay watch, acara penduduk setempat, makanan asli daerah, dll.

7. PENUTUP.

7.1. KESIMPULAN

Dari titik titik dalam pembahasan terdahulu, dapat diambil dua kesimpulan utama, yaitu:

· Bahwa saat ini, potensi wisata Taman Laut di Indonesia, yang demikian besarnya, baik yang berada dikepulauan Maluku dan disekitar Sulawesi, maupun didaerah lain di Indonesia ini, termasuk Banda Aceh, yang tidak banyak memiliki saingan dibagian lain dari dunia ini, pada saat ini disimpulkan belum terberdayakan / diexploitasi secara optimal.

· bahwa midget merupakan salah satu wahana, yang dapat diketengahkan sebagai “wahana bawah air” yang dapat dimanfaatkan guna mengoptimali -sasikan pola exploitasi wisata Taman Laut didaerah daerah yang memiliki taman tersebut, baik dari sisi pembahasan teknis, operasionil, ekonomis maupun yang terpenting: keamanan para peserta wisata. Pembahasan tentang system yang harus disiapkan sebagai penunjang pengoperasian midget / SUVT juga memberikan gambaran yang jelas, yang akan mempermudah pengoperasian SUVT.

7.2. SARAN

Untuk itu disarankan, agar konsep pembuatan midget guna menunjang opti malisasi wisata Taman Laut ini dipertimbangkan untuk dilaksanakan dengan segera, agar dapat kita petik hasilnya sepagi mungkin, sebelum kesempatan emas ini diraup oleh pihak lain, sehingga akan dapat lebih meningkatkan PAD (Pendapa tan Asli Daerah) dalam era desentralisasi ini.

sasrabahu alone hi5Surabaya, 27 Des. 08

Penyusun konsep / Designer midget/

Konsultan teknis pembuatan SUVT:

Ir. Dradjat Budiyanto MBA

Kolonel Laut (Purn) NRP.5121/P

“Engineering and Management Consultant”

Teluk Tomini 26, SURABAYA 60165

HP: 0852 3036 6088, Fax ; (031) 328 3681

Telp: (031)329 1806,

No. NPWP: 05.128.268.9-605-000

Daftar Lampiran:

7. Midget SUVT X-1, side view, “Killer Whale Bow Shape”…….…1 lembar

8. Midget SUVT X-1, tembus pandang “even sharks envy her”!........ 1 lembar

9. Recommendation letter dari HDW.................................................. 2 lembar

10. Recommendation letter dari Ferrostaal AG........................................1 lembar

11. Curiculum Vitae……………………………………………………11 lembar

12. Giat A: Proses perhitungan dasar teoritis Midget…………………...1 lembar

7. Giat B: Proses uji coba gambar design dan mock up Midget.............1 lembar

8.Giat C: Pengujian dengan model proporsionil dan perhitungan persamaan B =

G serta M = 0……..………………………..…………………….….1 lembar

9. Giat D: Proses pembangunan fisik midget diatas slipway………..….3 lembar

10. Dynamic Control of System Behaviour.............................................1 lembar

12. Daftar karya tulis……………………………………………………7 lembar

Catatan: Guna menghindarkan kesalahan penggunaan, yang memungkinkan terjadinya suatu missdesign yang dapat berakibat fatal, maka Lampiran no.6 s/d 11 ditiadakan, juga data data teknis (skala, dimensi pokok serta power management SUVT) pada Lampiran 1 dan 2 serta pada halaman 23 dihapus. Hal tersebut hanya akan disertakan dalam konsep yang benar benar akan dipergunakan sebagai pegangan dalam pembangunan fisik oleh Galangan Kapal.

midget SUVT 2 main charact

midget SUVT 1 seethrough pic best non data WEB

Lampiran 7B:

“List of Basic Design and Key Plan for Midget and SUVT”

A. Basic Designs:

1. Preliminary Analysis

2. Lines and Body plan

3. Hydrostatic curve & Equilibrium Condition

4. Intact Stability Calculation

5. Damage Stability Calculation

6. Longitudinal strength Calculation

7. Resistance & Power Analysis, surface and underwater

8. Pressure Distribution Analysis, surface and underwater

9. Capacity Plan Calculation

10. Load Distribution Calculation.

11. General Arrangement

12. Special design (as registered in HaKI): Accessible bulkhead (frame 18), hull-skin opening (frame 9-16), fool proof fixture (frame 18), di vers compartment (midget only, frame 30-34), empowering hull-skin ring (frame 17-18), spider web hullskin strengthener design.

13. ………………

B. Key Plans:

1. Midship Section Plan

2. Shell Plate

3. Stren Construction

4. Shafting Construction

5. Propeller and Rudder Construction

6. Bow Construction

7. Bulkhead Construction

8. Lay out of Engine Room

9. Lay out of Control Room.

10. Lay out of Accommodation Areas

11. Diagram of Bilge and Ballast System *

12. Diagram of Fuel System (with toplewa toplewom system)

13. Diagram of Fresh Water system

14. Diagram of Oil Lubrication system

15. Diagram of Ventilation system

16. Diagram of Emergency Fire Fighting system

17. Diagram of General Alarm system

18. Diagram of Main Switchboard and Main Electricity system

19. Diagram of Auxiliary switchboard and Auxiliary Electricity system

20. Diagram of Main Ballast Tank

21. Diagram of Trimm system, Passangers Compensating Tank (Torpedo Compensating Tanks and Water Arround Torpedo Tank in Midget) etc.

22. Diagram of Regulating Tanks, Negative Flooding Tank and Pressure Proof Regulating Tank system

23. Diagram of Hydraulic system

24. Diagram of Air Conditioning system

25. Diagram of Battery Ventilation System

26. Diagram of Waste Water and sanitary tank system

27. Diagram of KP6/Palladium Hydrogeen absorption system.

28. Diagram of Air Regenerating system (Dornier LiOH or sodalime system) and Diagram of Oxygeen system*

29. Diagram of Pressure Air system (High, Medium and Low Pressure)

30. Diagram of Battery Room.

31. Diagram of torpedo tube system (WATT etc) midget only.

32.

C. Hydrodynamic Model Test:

1. Model Drawing

2. Model Fisik midget (four meters dimension)

3. model dummy (one meter dimension)

4. model propeller (noiseless, skewback propeller)

5. Resistance Test, surface and underwater with 5 speeds.

6. Self Propulsion test, surface and underwater with 5 speeds.

7. Tuft Test

8. Cavitation Test (midget only)

9. Hydrodynamic Noise Test (midget only)

10. …………..

D. Hydrostatic / Model Depth Pressure Test:

1. Model Test Tank, diameter 4,5 meter, length 6 meter, pressure 60 bar.

2. Proportional Model Depth Pressure Test (with normal frame and “spi der web” strengtheners, with steel plate and acrylic glass for SUVT)

3. Mock up with 1:1 scale (Lab.Hidro ITS, Bpk. Langgeng)

4. ……………..

E. Production Drawing (about 400 exemplaar drawing)

Remarks:

* UAll Designs, Plans and Test, numeric calculations etc will be provided by LHI/BPPH/BPPT ( Labotarorium Hidrodinamika Indonesia), an Authori zed Hydrodynamic Labolatory

* All diagram will be completed with pipe line & fitting’s arrangements.

lamp 5a recomend HDW 1

lamp 5b recomend HDW 2lamp 6 recomend ferrostaal

“CURRICULUM VITAE”

UPERSONAL DETAILS:

1BName : Ir.H. R.Dradjat Budiyanto, MBA

Rank, Corps and ID no.:Captain of the Navy (Colonel) Technician/ Engi

neer, 5121/P (Retired)

Specialization : Submarine Engineer.

Degree :Engineer (Diplom), Master of Bussines Admini

stration, Doctorate (in progress).

List of former occupations:

-Commander of the Navy (Lieutenant colonel), Senior Staff officer, Submarine U-209 / 1300 ( KRI Cakra 401) Overhaul Proyect Task Group in HDW, Kiel, Germany, 1986-1987.

-Commander of the Navy (Lieutenant colonel), as the Head of the Machinery Department, Repair and Maintenance Division, PT.PAL Surabaya, 1989-1993.

- Captain of the Navy (Colonel), as second in charge of the Repair and Maintenance Division, PT.PAL,Surabaya, 1993-1997.

- Captain of the Navy (Colonel),, Senior Military Lecturer, Naval Training Command / KODIKAL, Surabaya, 1993-1999.

- Captain of the Navy (Colonel),, Technical Supervisor, Submarine U-206/450 Procurement Proyect Task Group in HDW,Kiel, Germa ny, 1997-1998.

- Captain of the Navy (Colonel),, Specialist Staff in group “D” Management, by the Staff of the Chief of staff of the Eastern Fleet Command / PANGARMATIM, Surabaya, 1998-1999

-Free lance Engineering and Management Consultant, from 1999 to now.

Sex, Height & Weight : Male, 172 Cm, 74 Kg

Place & Date of Birth : Madiun , January 28th 1943

Religion : Moslem

Marital Status : Married, with three children, name of wife :

Rr.Srie Hartini.

Addres : 1st .:“TAMAN LOTUS”, Tegalrejo, Ketindan,

LAWANG 65214, East Java, Indonesia

2nd . : Jl. Teluk Tomini No. 26 SURABAYA

60165, East Java, Indonesia.

Phone & Fax & e mail : 1st .Mobile Phone 0852 3036 6088

2nd . Phone. (062.341) 429.520, Lawang

3rd . Phone.(062.31) 329.1806 , Surabaya.

4th. Phone/Fax .(062.31) 328.3681 , Surabaya

E-mail U: UHUdradjat@hotmail.comUHU, dradjatUHUbudiyanto @yahoo.comUHU,

Nationality : Indonesia / tribes: Jawa.

Mastering in language : English and German, both spoken and written,

Active (See also certificates), Russian and Japanis, passive

Bank Account : BCA No. 5130020251 Kantor Cabang Pembantu

Perak Timur, USD account: BCA No. 1870366457

NPWP(private): 05.128.268.9-606-000, (company): 02.206.478.6-613-000

USTANDARD / FORMAL EDUCATION QUALIFICATIONS:

a. Military Aspect.

1967: Graduated from Indonesian Naval Academy, Surabaya (AAL)* as Sub Lieutenant majoring Bachelor in Engineering.

1968: Graduated from Submarine School/ SEKASAL, majoring Engineering Officer*

1977: Graduated from Officer Advanced School majoring Combat Support, Naval Training Command / DIKLAPA II, BANPUR, Surabaya.*

1984: Graduated from Indonesian Navy General Staff and Command College, Jakarta (SESKOAL)*

b. Civil Aspect.

1990: Engineer, Diplom, Graduated from University of W.R.Supratman, majoring in Management and Industrial Engineering*

1999: MBA, Graduated from Master of Business Administration program, IPWI Surabaya, majoring in Marketing Management.*

2000/2001: still in progress: Doctorate/Ph.D. Program, majoring in Human Resources and Management, IPWI Surabaya

UTRAINING , NON FORMAL EDUCATION , SEMINARS QUALIFI CATI ONS: *

1.Naval Oil and Lubrication Spezialization course, PUSDIKMIGAS Cepu (4 months)*

2.School of Chief Engineer, Submarine , Eastern Fleet’s Training Command (4 months) *

3.Intermediate English Course, Eastern Fleet Training Command, Surabaya

(4 months)*

4.German Language Course, GII/DAF ( Deutsch als Fremde Sprache) at Guethe Institut, Surabaya (7 months)*

5.Basic Electronics, Naval Training Command, Surabaya (11 mounths)*

6.German Navy’s Submarine School, specialization U-205/206 , Neustadt, Germany (3 months)*

7.Instruction System, HDW/KWF Submarine Training Department., specialization U-209 / 1300. HDW, Kiel, Germany (2 months)*

8.Training/specialization in submarine auxiliary machineries and system in factories/producers of the submarine auxiliary engines in Germany:

a. Special Submarine Multiphase AC Generator type NTb 10-1222 , Anton Piller, Osterode am Herzt .*

b. Hoistablemast, IKL / Ingeneeur Kontour Luebeck, Luebeck.*

c. Submarine Battery ( 16.000 AH, 440 volts DC, tubular plate system) with auxiliaries, Hagen Battery Factory, Sued.*

d. Submarine Battery ( 16.000 AH, 440 volts DC, double decker system) with auxiliaries, Varta Battery Factory, Hagen. *

e. Submarine Diesel MTU type 12 V 493 AZ 80, high exhaust gas back pressure diesel, MTU Training Centre, Friedrichshaven.*

f. Submarine Electric Motor (6000 Amps, 880 volts) with propulsion system, circuit breaker 4000 Amps, Siemens, Erlangen , Kiel.*

g. Submarine Depth and course automatic control, included Tuschka, HDW Elektronik, HDW, Kiel.*

h. Hydraulic system, Buchholz, Kiel.

i. Gyro compass and Auto Pilot System, Anschutz, Kiel.*

j. High Pressure (250 bar) Air System and Compressors, Sauer und

Sohn, Kiel.

k. Air Conditioning System, Noske Kaezer, Hamburg.

l. Refrigerant System, Linde, Hurst.

m. Diesel Monitoring System, Siemens, HDW Elektronik, HDW

Kiel.*

n. Cavitation Measuring Device, HDW Elektronik, HDW Kiel.*

o. Sound Velocity Measuring Device, HDW Elektronik, HDW Kiel.*

p. Speed Log SAL – S5 HDW Elektronik, HDW Kiel. *

q. Torpedo Launchers ToRo S-55, Torpedo Keller, Marine Waffen

Schule, Eckernforde.

r. Rotary Converter, type GSU 071-40 and GSU 071, Anton Piller,

Osterode.*

s. Static Converter System, AEG Wedel.

t. Ward Leonard Converter System, Siemens, Erlangen.*

u. Bilge Pump System.

9.Bearing Reaction Course, United States Navy, PT.PAL Surabaya.*

10.Machinery Vibration Analyzis Course, Centre of University, Engineering Science, Dynamic Laboratory, ITB & PT. IRRIDIA, Jakarta.*

11.Intensive Course of Adaptive Control System, PIKSI/LINK, ITB, Bandung.*

12.General Guidance of Overhaul of Surface Ships Orientation Course, United State’s Navy, PT.PAL, Surabaya.*

13.Machinery Vibration Analysis Course, Intermediate Level, Centre of University, Engineering Science, Dynamic Laboratory, ITB, Bandung.*

14.TOEFL English Course at PTS (Profesional Training System) Surabaya.

15.Base Maintenance Team Specialization on PFK’s ships ( Parchim, Frosch and Kondor ships), ( 6 mounths), IPE, Peenewerft Shipyard, Wol gast, East Germany, 1993. *

16.Pneumatics Specialization through Festo Didactics System, IPE ( Insti tut fur Personal Entwicklung) Peenewerft Shipyard, Wolgast, East Germa ny, 1993*

17.Hydraulycs Specialization through Festo Didactics System, IPE ( Institut fur Personal Entwicklung) Peenewerft Shipyard, Wolgast, East Germany, 1993*

18.Work shop on: “ Productivity Improvement through Just In Time” by Proffesor Akiro Tanaka, Depnaker, APO, MPI, Jakarta, 1995.*

19.” Top Maintenance Management Training” BITS, BPIS, Mg gruppen partner, PT. Bharata, Dezember 1995.*

20.Naval Divers School, Eastern Fleet Command, diver third class brevet.*

21.POSSI International Divers School, Diver two stars class brevet.*

22.Programm MBA * / Doctorate/Ph.D., IPWI, Surabaya, still in progress.

23.Seminar on” Stress and Vibration Analysis and Product Improvement”, as presenter in PAU,Ilmu Rekayasa, Laboratorium Dinamika, ITB, Bandung, 10-12-91.*

24.Seminar on: “ Design, Operation and maintenance”, as presenter in PIKSI-LINK, ITB, Bandung, 18-01-90.*

25.Seminar on :”Structure Analysis and Vibration Modus”, as presenter in PAU, Ilmu Rekayasa, Laboratorium Dinamika, ITB, Bandung, 19-12-92.*

26.Seminar on:” Pertemuan dan presentasi ilmiah, Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi” as presenter in Puslitbang KIM-LIPI, Jakarta, 20-11-92.*

27.SIK Seminar on:”Reliability and Quality Control”, as presenter in PIKSI-LINK, ITB, Bandung, 30-01-92.*

28.Seminar on:”2nd International Symposium and Exposition on Rotating Machinery”, as presenter in Forum of Rotating Machinery, ITB, Bandung, 26-09-91.*

29.Seminar on :” The role and strategy of maintenance to face the Industrial Globalization Era”, as presenter in Politeknik ITB, Bandung, 10-07-96.*

30.Seminar on:” Management Control as a tool to achive the target”, Economy Faculty, Er langga University, Surabaya, 08-11-88.*

31.Seminar on:” Kesehatan dan keselamatan kerja”, Depnaker RI, Kanwil Prop. Jatim, Surabaya, 28-03-92.*

32.Seminar on:” Maintenance Management”, ISO Swedish Management Group, Surabaya, 08-12-95.*

33.Private Achievement as “Proyect Manager” in Reconditioning nine Kondor ships from ex East German Navy’s Ocean Mine Sweeper class in PT.PAL from the Director of Ferrostaal, Jakarta, 11-09-95.*

34.”ISO 9001 / EN 29001” Germanischer Lloyd, Hamburg, 10-09-94.*

35.Seminar on:” Naval Management”, Jakarta, 03-02-94..*

36.Certificate for “Sonderkurs Marine”/ German language special course for the Navy, Guethe Institut, Surabaya, 28-11-78.*

37.Special lecture in “Submarine propulsion System”, as guest speaker, in University of Hang Tuah during the Dies Natalies VII, 1994.

38. Special lecture in “Submarine propulsion System”, as guest speaker, in Forum of the Student of Ships Machinery Technology, Faculty of Maritime Technology, Institut Teknologi 10 November Surabaya, 1994.

39. Special lecture in “ Industrial Engineering / Management Science as an approach toward the business operational stability”, as guest speaker, in Forum of the Student of Industrial Engineering, Kopertis Wilayah Timur , University of WR. Soepratman, Surabaya, Desember 1993.

40.Special lecture:”Mengenal permasalahan yang timbul dalam teknis pengoperasian kapal korvet penyergap klas Parchim, khususnya ditinjau dari main engine diesel type M-504A.3, (mesin bintang 4700 Hp, 56 silinder), serta alternatif pemecahan permasalahannya”, May 28th 1996, as presenter, in the Forum of Staff Officer of Naval Head Quarter, Eastern Fleet Command, Western Fleet Command, Naval Training Command, Naval Research and Development Service, according to Telegram KSAL No.010/MAT/0596 and Sprin DELOG KSAL No.B/253/V/1996 dated Mei 27th 1996 in the Buro of the Logistic Staff, Eastern Fleet Command.

41.Special lecture: “Technical push and strategical pull, sebagai suatu konsep managemen pendayagunaan kapal korvet penyergap klas Parchim dalam usaha menunjang pencapaian daur hidup pengoperasian dua puluh tahun mendatang” May 28th 1996, as presenter, in the Forum of Staff Officer of Naval Head Quarter, Eastern Fleet Command, Western Fleet Command, Naval Training Command, Naval Research and Development Service, according to Telegram KSAL No.010/MAT/0596 and Sprin DELOG KSAL No.B/253/V/1996 dated Mei 27th 1996 in the Buro of the Logistic Staff, Eastern Fleet Command.

42. Private achivement as the best technician and management advisor from Howaltswerke Deutsche Werft, Germany*

Legend: Training activity, seminars and also innovation/ design activity etc decorated with “asteric* code, meant complete / legalized with a certifica te.

UMEDAL OF HONOUR, BREVET/MILITARY INSIGNIA.

a. Medal of honour:

1. Satya Lencana “Penegak”

2. Satya Lencana “Sewindu”

3. Satya Lencana “Dwija Sistha”

4. Satya Lencana “Seroja”

5. Satya Lencana “Jalasena Narariya klas IV”

b. Brevet/military ( specialization ) insignia:

1. Indonesian Navy Whiskey Class Submarine Insignia

2. German Navy Type U – 206 / klasse 400 Submarine Insignia

3. German Navy Submarine Escape Training.

4. Navy Diver, Second Class

5. POSSI Diver, Two Star Class.

UWORK EXPERIENCES:

U Nearly seventeen years, beginning from 1967 till 1984 in the Submari ne Service, Eastern Fleet Command, Surabaya, with occupations as follows:

-Officer in trainee, Submarine School, Russian Whiskey Class Submarine specialization, 1996-1997 ( two Diesel Engine, 4000 Hp, and two Motor / Generator 3000 Hp, connected with mechanical transfer of power, two groups of batteries 440 volt DC, 12.000 Ah with an analog / manual control system)

-Assistant to Engineer Officer Submarine Ship (SS) Nagarangsang /402, 1968-1969, Submarine Squadron, Eastern Fleet Command.

-Engineer Officer, Electric, SS Bramastra / 412, 1969-1970 Submarine Squadron, Eastern Fleet Command

-Engineer Officer, Mechanic, SS Bramastra /412, 1970-1972 Submarine Squadron, Eastern Fleet Command

-Assistant to Chief Engineer, SS Pasopati /410, 1972-1974 Submarine Squadron, Eastern Fleet Command

-Chief Engineer SS Pasopati /410, also as Submarine Squadron Engineer, Eastern Fleet Command, 1974-1977

-Officer in trainee, Unterseeboot Lehrgrupe Zwei, German Navy Submarine School II, Neustadt, German type U-205/206 Submarine specialization, ( one main electric motor, 3800 Hp, two diesel generator 400 Hp, connected with electrical transfer of power, three groups of 440 volts battery DC 12000 Ah, with digital, semi automatic control system),1978

-Officer in trainee, Unterseeboot Lehrgrupe Ein, German Navy Submarine School I, Neustadt, deep diving ( 38 metre depth) training and submarine escape training specialization, 1978.

-Officer in trainee, in HDW’s KWF Submarine Training Department, HDW Kiel, Germany 1979, German type U-209 / 1300 Submarine Specialization, (one main electric propulsion motor, 6000Hp, four Diesel Generators 600 Hp, connected with electrical transfer of power system, four batteries groups of 880 volts DC 16.000 Ah, with digital / full automatic control system)

-Chief Engineer SS Cakra /401, also as Submarine Squadron Engineer, Eastern Fleet Command, 1980-1983

-Officer, Material Handling & Maintenance Staff, Submarine Squadron , Eastern Fleet Command, 1984-1985

UWithin the Navy, out of SubmarineDuty:

-Head of the Platform Maintenance Department, Buro of Ships Maintenan ce / DISHARKAP , Eastern Fleet Command, Surabaya, 1984-1985

-Head of the Planning Department, Biro of Ships Maintenance Authority / SATHARKAP, Naval Headquarter, Jakarta, 1985-1986

-Senior Staff at the Task Group of Submarine type U-209/1300 Overhaul Proyect SS Cakra 401, in HDW dockyard, Kiel Germany, 1986-1987

-Senior Military Lecturer, Naval Training Command, Surabaya, 1993-1999.

- Special Duty, comparative study to adopt the technology of Midget of the Pakistani Navy, according to the SPRIN KASAL No. SPRIN/ 492/ VI/ 1996 dated 05th Juni 1996. Contact Person: Rear Admiral Tauquir Naqvi, Pakistan Navy.

-Technical Supervisor, at the Task Group of Procurement Project, Submarine type U-206/450 in HDW, Kiel Germany, 1997-1998.

-Specialist Staff in Management, Chief of the Eastern Fleet Command, Surabaya, 1998-1999.

UDuty out of the Navy / within PT.PAL Ships Building Factory:

-Type Desk Officer, Submarine, PPC Department, Repair and Maintenance Division, PT.PAL Surabaya, 1987-1988.

-Head of the Planning Section, Machinery Department, Repair and Maintenance Division, PT.PAL Surabaya, 1988-1991

-Head of the Machinery Department, Repair and Maintenance Division, PT.PAL Surabaya, 1991-1993.( leading a team work of 700 engineer, staff and employee)

-Head of the Base Maintenance and Repair Team, East German PFK ( Parchim, Frosch and Kondor) ships, Repair and Maintenance Division, PT.PAL Surabaya, 1993-1997.

-Project Manager in reactivating 9 (nine) Kondor ships ex East German Navy in PT.PAL Surabaya, 1994. (See: Recommendation Letter from Ferrostaal AG, enclosed)

-Assistant to Proyect Manager in overhauling Submarine type U-209/1300 KRI Cakra / 401 in PT.PAL Surabaya, 1994.

-Project Manager in overhauling Submarine type U-209/1300 KRI Nanggala / 402 in PT.PAL Surabaya, 1996

- Head / second man in charge of the Repair and Maintenance Division, PT.PAL, Surabaya, 1993-1997 ( leading a team work of 1400 engineer, staff and employee, without Head of the Division).

UOut of the Navy, in the “Komando Operasi Bhakti / kekaryaan” :

-Two years experienced in MV Djati Brono, PT. Admiral Lines, with 8000 ton DWT and 6000 Hp Diesel Main Engine, from 1973-1975, with following occupations: carrier start from engineer 3rd class, Electrical, through engineer 1st class, Main Engine. Carrier end as Chief Engineer. Sailing Route: Indonesia, Philippine, Thailand, Taiwan, South Korea, Japan.

UTEACHING / COACHING EXPERIENCE:

1.Two years experienced as Lecturer in Surabaya Maritime Academy jalan Kalisosok, teaching Diesel Main Engine, Internal Combustion Engine, Air Conditioning System, Steam Turbine, Boilers, Thermo Dynamics, from 1971-1973

2. Two years experienced as Lecturer in Indonesian Naval Academy, teach ing Logistic System, from 1984-1986

3.Two years experienced as lecturer in University of Hang Tuah / Faculty of Commercial Administration , teaching Logistics and Sea Transportation Sys tem, from 1991-1993

4.On many occasion, teaching submarine machinery and system specializa tion in Officers class, during recruitment, refreshing, upgrading and transfer of specialization, also in the class of Chief Engineer Trainee, at Submarine School, Naval Training Command, (SEKASAL / KODIKAL) Surabaya.

5.On many occasion, teaching surface ships machinery and system specialization in Officers class of Chief Engineer Trainee / surface ships , at Fleet Training Command, Eastern Fleet, ( KOLATARMA, ARMATIM), Su rabaya

UINNOVATION AND DESIGN EXPERIENCES:

1. Turning the semi automatic Submarine U-209/1300’s steeringstand into a really full automatic system, by adding a processor to process the analog data from Swedian’s SAL Log S-5 through an analog to digital converter, and send the digital data to control the sensitivity of the movement of all three planes, i.e. forward and aft hydroplanes and the side rudder, during the changing of the submarine’s speed.(Aknowledge by the GPS, the official German Government Quality Assurance, done by Mr.Uwe Mathisen from HDW Elektronik, during the time of new building of KRI Cakra 401 in 1980, under the Command of Colonel/now Admiral Jassin Sudirdjo, in HDW/ Howaltswerke Deutsche Werft, Kiel ,Germany.).* See: Recommendation Letter of HDW.

2. Modifying the automatic starter of all electric motor that drive the auxiliary machines in the Submarine U-209/1300, by putting a signal safety lamp, to prevent the initial resistance from being burned off during a non perfect operation. ( Aknowledge by HDW’s overhaul team Mr.Deutsch mann, done by the team of Siemens Erlangen, Kiel, during the overhaul project of KRI Cakra 401 in 1986, under the command of Colonel/now Admiral Antonious Soebiyarto).* See: Recommendation Letter of HDW.

3. Calculating the re-design of the regulating tanks of ex German Navy’s Submarine U-206 /450, and to convert it into a station of Air Conditioning system, Reverse Osmosis/ Fresh Water Generator, Refrigerating Machine System, during the Tropicalization plan,complete with the Buoyancy = Gravity and Sigma Moment equal zero calculation, aknowledge by the Engineering team of HDW ( Mr.Walter Freitag ), and from TNSW/Thyssen Nord See Werke (Mr.Klein), and Admiral Aboe from BPPT (as the head of the Indonesian Navy Delegation), during negotiation in Hamburg, Germany, 1997.* See: Recommendation Letter of HDW.

4. Giving an idea of the way out in solving the problem of taking out the damaged fan impeller of Generator NTB 3 Anton Piller, by cutting it into two pieces so that it could be taken out from the generator’s housing without lifting up the whole generator, aboard the submarine KRI.Cakra 401, done by a Specialist from Anton Piller, with a specially made device called “hydraulic crabb”.* See: Recommendation Letter of HDW.

5. Taking out the whole starboard shafting system of KRI.Nala/ 301 , complete with it’s hydraulic system for Lipps Controllable Pitch Propeller, calculating all the jigs and fixtures needed to do the activity, changing the damaged propeller’s sleeve, with the assistance of two specialist, one from Lipps / CPP, and the other from Wilton Feyenoord for the shafting system. (Sponsored by PT.Gemini Gemilang, Mr.Arifin Tasman).

6. Realignment the starboard shaft bore hole of KRI Keris/ 602 that had been totally damaged by accident/extremely grounded, by welding and cutting the struts bore hole in a such an excentricity way to keep it align. (Ship’s Chief Engineer: Lieutenant.Senior Grade Tatang)

7. Realignment the rudder shaft of KRI Kakap, that had been badly bent in / damaged by severe grounded accident, changing the bearing by an excentric bearing that were specially made only for that purpose. (Ship’s Chief Engineer: Lieutenant. Senior Grade. Tatang)

8. Realignment the propeller shaft of KRI. Kakap that had been bent out severely by an grounded accident., with a system called “cold forging” to prevent the shaft material from changing its material characteristics. (Ship’s Chief Engineer: Lieutenant. Senior Grade. Ponto)

9.Recalculating the straightness of the ship’s shafting system of KRI Martadinata after a grounded accident, practicing the theory of Bearing Reaction System, preparing it to operate successfully. (Ship’s Chief Engi neer: Lieutenant Commander I Nyoman Swantara, KADISHARKAP: Co mander Dodot Widagdo, now Admiral)

10.Modernisation and coversion of nine Condor class mine sweeper. * See Recommendation Letter of Ferrostaal AG.

11. Planning a midget design (for security use): “ Mencoba mengenal midget/baby submarine, suatu wahana perang kecil dengan biaya invest tasi yang relative murah, tetapi mampu menghasilkan output operasi yang luar biasa tingginya” Jalesveva Jayamahe, Desember 2003, presented in the Officer’s forum of DISLITBANGAL at 15th February 2006.

12. Analysing the deformation that happened in the pressure hull of HDW’ s ship, giving idea of testing the right now diving capability with a proportional model ( send at 27th March 2007 directly to the Chief of Staff of the Navy, with Consignment Note of TIKI no: 02 004 383 1046).

13. Converting / re-planning the midget design (as written in nr.11) into an S.U.V.T. (Special Underwater Vehicle for Touring), for prosperity use: a midget with large acrylic windows for commercial tours to “Taman Laut” (beautifull underwater sea garden with unique flora and fauna) in the Indo- nesian waters.

Legend: Training activity, seminars and also innovation/ design activity etc decorated with “asteric* code, meant complete / legalized with a

certificate.

UINTEREST AND HOBBIES:

-Music: passive: hearing instrumental music, especially Latin American musics, and active: playing guitar, keyboard ,harmonica and accordeon, now: learning to play saxophone.

-Spiritual quotient: learning the Barraka/Moslem Reiki system, healing light of Tao.

-Sports: art of martial self defence, chalestenics and / or aerobics, swiming, shooting.

-Growing plants, flowers, especially Orchideae, pot plants, taking care of aquarium’s fishes.

-Models/miniature: aircraft, warships, submarine, battle wagon/ tanks.

-Drawing sketches.

-Reading, especially about technical development, aircrafts, submarines, and general war machines.

-Writing articles/ lectures about managements, vibration analysis, pragmatical acoustics, control system, tactics and technics in submarine and aircraft warfare, pure technical scientific lectures (See: Training, non formal educations and seminars qualifications), analysing the economic crises situation and trying to give an idea to improve it.(see: Doctorate /Ph .D. dissertation)

Surabaya, 27 December 2008

2B Ir. H.R. Dradjat Budiyanto, MBA

3B Captain of the Navy (Ret), 5121/P

Address(es):

a. Jalan Teluk Tomini No. 26 Surabaya, 60165

Phone: (031)329.1806 East Java, INDONESIA

b .“ TAMAN LOTUS ”, Dusun Tegalrejo, Desa

Ketindan, Lawang. 65214 Phone: (0341) 429.520,

East Java, INDONESIA

c: General: E-mail:dradjat@hotmail.com, dradjat.00

@telkom.net, fax:(031)3283681, HP:0852 3036 6088

d: ID card: 12.5623.280143.0001 (Surabaya), dri

ving licence: 430115140292 (A& C)

Lampiran 20

“DAFTAR KARYA TULIS”

Kolonel Ir.Dradjat Budiyanto

01.1972: “Mengapa teardrop type submarine dapat mencapai kecepatan lebih tinggi pada saat menyelam”, Ghora Wira Madya jala, majalah resmi ARMADA RI

edisi 1972

02.1974: “Periscope, sejauh mana peranannya kedalam pengoperasian kapalselam konvensionil modern” Majalah TSM (Teknologi dan Strategi Militer) edisi no…

03. 1982: “Kapal kayu, nachkoda besi: menuju kesuatu pembentukan Develop ment Group bagi kapal kapal sejenis di Armada RI”, Ghora Wira Madya Jala, majalah ARMADA RI edisi September 1982

04. 1984: “Peningkatan efisiensi pengoperasian kapalselam type U- 209 /klas 1300 dalam menunjang tugas tugas HANKAMNAS” Kertas karya perorangan, SES KOAL DIKREG X, 1984.

05. 1986: “Persiapan overhaul kapalselam type U-209 didalam negeri” Jalesveva Jayamahe, majalah Dislitbangal, edisi April 1986

06. 1987: “Suatu pandangan tentang langkah langkah penyiapan overhaul KRI Nanggala / 402 diDalam Negeri”, Jalesveva Jayamahe, majalah Dislitbangal edi si IV Maret 1987.

07. 1990: Penerapan komputerisasi dalam usaha menjamin olahgerak kapalselam dibawah air”, makalah, disajikan dalam seminar SIK ’91 (Sistem Instrumentasi berbasis Komputer ‘91) PIKSI-LINK, ITB, Bandung.

08. 1991:” Evaluasi dan analisa beban kerja dihadapkan kepada kapasitas lebih dilingkungan DIVHAR/PT.PAL dalam rangka peningkatan efisiensi produksi”, Tugas Akhir kesarjanaan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri, Universitas W.R. Supratman Surabaya, dibahas dengan “Operation Research / Queeing the- ory”.

09. 1991: “ Pemecahan masalah panas pada bantalan poros roda gigi dari power turbin kapal”, makalah, disajikan dalam seminar Experimental Mechanics ’91, Laboratorium Dinamika, PAU ITB Bandung, 1991.

10. 1991: “Evaluasi sinyal getaran untuk identifikasi cacat elemen rotasi pada per alatan converter dan girocompas”, makalah, ditulis bersama dengan DR. Ir. Ko mang Bagiasna dan DR.Ir. Indra Nurhadi, disajikan dalam seminar Experimen tal Mechanics ’91, Laboratorium Dinamika, PAU ITB Bandung, 1991.

11. 1992:”Aplikasi konsep MIMO (multiple input multiple output) dalam memba has system pengendalian olahgerak kapalselam dibawah air” makalah, disaji kan dalam seminar SIK ’92. (Sistem Instrumentasi berbasis Komputer ‘92) PIK SI -LINK, ITB, Bandung, 1992.

12. 1992: “Teori system control sebagai suatu konsep untuk menunjang pembuatan Submarine Diving Simulator diDalam Negeri /PT.PAL” makalah, disajikan da lam seminar SIK ’92. (Sistem Instrumentasi berbasis Komputer ‘92) PIKSI-LINK, ITB, Bandung, 1992.

13. “Penerapan komputerisasi dalam usaha menjamin olahgerak kapalselam diba wah air”, Jalesveva Jayamahe, majalah Dislitbangal edisi XV Aprril 1992.

14. 1992:” Pertempuran udara antara helikopter VS pesawat tempur”, majalah TSM (.Teknolog dan Strategi Militer.) edisi no.61 tahun VI Juli 1992.

15. 1992: “Pemanfaatan teori system control berbasis komputer dalam usaha me ningkatkan kinerja mesin perkakasa konvensionil menjadi prorammable control ed machine” Jalesveva Jayamahe, majalah Dislitbangal edisi XVI Agustus 19 92.

16. 1992: “Diagram PV motor bakar sebagai model untuk melaksanakan diagnosa didalam kegiatan engine analysis” Ghora Wira Madya Jala, majalah resmi AR MADA RI edisi 127 tahun XI / edisi Agustus 1992.

17. 1992:” Evaluasi terhadap jenis jenis control hidrolik didalam penggunaannya dikapal perang”, makalah dengan no. M043-92, disajikan dalam seminar PPI. KIM LIPI Jakarta November 1992.

18. 1992: “ Pemanfaatan teori system control adaptive sebagai suatu konsep guna mencegah pengrusakan akibat cavitasi pada baling baling kapal perang”, maka lah, ditulis bersama Ir.Kusimawati, DEPLISHAR PT.PAL, dengan no. M042 -92, disajikan dalam Seminar PPI KIM LIPI di Jakarta November 1992.

19. 1992:” Analisa terhadap pengoperasian poros balingbaling kapal yang bengkok dan / atau daun balingbaling yang mengalami ketidak seimbangan pitch serta pe ngaruhnya yang timbul dalam bentuk vibrasi terhadap struktur badan kapal”, makalah, ditulis bersama Ir.Moch Harto dan Ir. Wahyudi, DEPMESHAR PT. PAL, direncanakan untuk disajikan dalam seminar Experimental & Theoritical Mechanics ’92, Laboratorium Dinamika, PAU ITB Bandung, Desember 1992, dimuat dalam journal seminar.

20. 1992: “ Pemanfaatan kapal selam untuk melaksanakan peperangan ranjau ofen sif”, majalah TSM (.Teknolog dan Strategi Militer.) edisi no.66 tahun VI Desember 1992.

21. 1993:” Perilaku akustik ganggang Microcyste sampai ke Sonar Absorbent Ma terial”, majalah TSM (.Teknolog dan Strategi Militer.) edisi no.67-68 tahun 1993

22. 1993:” Management science sebagai suatu approach didalam membina kekuat an DEPMES/DIVHARKAN guna menghadapi peluang dan tantangan dimasa mendatang”, Jalesveva Jayamahe, majalah Dislitbangal edisi XVII April 1993

23. 1993:” Mengenal vibrasi dan mengamati sampai sejauh mana ekses negative yang ditimbulkannya”, Jalesveva Jayamahe, majalah Dislitbangal edisi XVII April 1993

24. 1993:”Aplikasi penguasaan karakteristik propagasi sonar diperairan daerah tro pis pada pengoperasian kapalselam” Jalesveva Jayamahe, majalah Dislitbangal edisi XVIII Desember 1993

25. 1993: ”Industrial Engineering / Management Sience sebagai suatu approach di dalam menjaga kestabilan operasi suatu business”, makalah, disajikan didepan forum Pertemuan Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Kopertis Wilayah Timur di Universitas WR. Supratman Surabaya, 21 Desember 1993.

26. 1994: “Sistem Permesinan Kapalselam”, makalah, disajikan dalam Kuliah Ta mu Himpunan Mahasiswa Teknik Permesinan Kapal, Fakultas Teknologi Kela- utan Universitas Hang Tuah, dimuat dalam kumpulan ceramah ilmiah Dies Natalis VII Universitas Hang Tuah Surabaya, 1994.

27. 1994:”Mengenal jenis jenis persenjataan serta taktik penggunaan senjata yang biasa dipergunakan oleh kapalselam konvensionil modern” Jalesveva Jayama he, majalah Dislitbangal edisi No.19 April 1994.

28. 1994: “Sistem Permesinan Kapalselam”, makalah, disajikan dalam Kuliah Ta mu Himpunan Mahasiswa Teknik Permesinan Kapal, Fakultas Teknologi Kela- utan ITS, Surabaya, 24 Mei 1994.

29. 1995:”Mengenal lebih jauh kapal kapal PFK ex Jerman” (Korvet penyergap “PARCHIM”, high speed LST “FROSCH”, penyapu ranjau samudra “KON DOR”), Jalesveva Jayamahe, majalah Dislitbangal edisi 20 Januarai 1995.

30. 1995:” Mengenal permasalahan yang timbul dalam teknis pengoperasian kapal korvet penyergap klas “PARCHIM”, khususnya ditinjau dari main engine diesel type M504A3, serta alternative konsep pemecahannya” makalah, dipapar kan didepan para Perwira Staf MABES TNI.AL, ARMABAR, ARMATIM, DISLITBANGAL di ruang rapat SLOG ARMATIM pada tanggal 28 Mei 1996 berdasarkan telegram KSAL No.010 / MAT / 0596 dan Sprin DELOG KSAL NO. B/253 /V/1996/DELOG tanggal 27 Mei 1996. Dimuat di Dharma Jala Adi guna, majalah KODIKAL edisi XVII April 1996 dan beberapa edisi berikutnya.

31. 1995:”Technical push and strategical pull, sebagai suatu konsep managemen pendayagunaan kapal korvet penyergap klas “PARCHIM” dalam usaha menca pai daur hidup pengoperasian duapuluh tahun mendatang” makalah, dipaparkan didepan para Perwira Staf MABES TNI.AL, ARMABAR, ARMATIM, DISLITBANGAL di ruang rapat SLOG ARMATIM pada tanggal 28 Mei 1996 ber dasarkan telegram KSAL No.010 / MAT / 0596 dan Sprin DELOG KSAL NO. B/253 /V/1996/DELOG tanggal 27 Mei 1996. Dimuat di Dharma Jala Adi guna, majalah KODIKAL dalam beberapa edisi.

32. 1996:” Pilihan program maintenance didalam menhadapi era globalisasi Indus tri” makalah, disajikan dalam “ Seminar peranan dan strategi maintenance dida lam menghadapi Era Globalisasi Industri”, Himpunan Mahasiswa Mesin / Poli teknik ITB, Bandung 11 Juni 1996.

33. 1997: ‘’ ECCM dimasa kini , sebagai pelanting ditangan David sikecil , dida lam peperangan melawan Goliath sang Raksasa ‘ Dharma Wiratama edisi DW No.93 /19 97

34. 2003. “ Mencoba mengenal midget/baby submarine, suatu wahana perang kecil dengan biaya investasi yang relative murah, tetapi mampu menghasil kan output operasi yang luar biasa tingginya” Jalesveva Jayamahe, majalah Dislitbangal edisi Desember 2003, dipaparkan didepan forum Perwira Staff MABES TNI.AL di Ruang Rapat DISLITBANGAL pada tanggal 15 February 2006.

35. 2006. “SUVT”: Special Underwater Vehicle for Touring, re-design midget tempur menjadi midget wisata.

36. 2007: “Deskripsi MIDGET”, pengajuan hak paten midget keDIRJENHAKI /DEP KUM & HAM.

37. 2007: “Deskripsi SUVT (Special Underwater Vehicle for Touring)”, pengajuan hak paten SUVT keDIRJENHAKI /DEP KUM&HAM.

38. 2008: “ Mitigasi bencana Tsunami” dikirimkan ke PIRBA (Pusat Infor masi Riset Bencana Alam) RISTEK tertanggal 5 Desember 2008.

Surabaya, 27-Des-08

Penyusun:

Ir. Dradjat Budiyanto, MBA, Kolonel Laut (Purn) NRP. 5121/P

Teluk Tomini No.26, SURABAYA 60165, HP: 0852 3036 6088, Telp: (031) 3291806

sasrabahu alone hi5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar